Camp Remaja Pemuda Masjid
Oleh: Edwin Wahyudin (Guru MA, DKM Masjid Asih
Putera)
Puji syukur ke
hadirat Allah SWT, DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Asih Putera yang berada di
bawah Bidang Layanan Umat Yayasan Asih Putera, telah berhasil menyelanggarakan
sebuah kegiatan monumental, menyiapkan generasi muda untuk bangkit, maju, dan
melakukan perubahan untuk umat. Kegiatan ini dinamai “Camp Pemuda Masjid”.
Sesuai namanya,
kegiatan ini diperuntukkan bagi Pemuda Masjid. Untuk episode pertama ini, baru
melibatkan para pemuda internal yang berasal dari para murid MTs Asih Putera,
MA Multiteknik Asih Putera, dan Pesantren Asih Putera. Karena sebagai pionir,
maka kepesertaan dibatasi. Maksimal 50 peserta. Alhamdulillah peserta yang
berhasil daftar ulang dan mengikuti kegiatan ada sekitar 37 orang.
Kegiatan ini
diinisiasi oleh anggota DKM Asih Putera yang dipelopori oleh Bapak Dadang
Setia, S.Ag. Bapak yang super sibuk ini telah berhasil mengelola ide dan
mencoba untuk melaksanakan satu demi satu semua program yang telah
direncanakan, serta memotivasi anggota DKM bahwa kia bisa melakukan hal yang
besar dengan masjid kita.
Kegiatan Camp
Pemuda Masjid ini dilaksanakan selama 2 hari 1 malam. Tepatnya, kalau
dikalkulasikan berdasarkan jumlah jam yang ditempuh, mungkin hanya 1 hari 1
malam. Dimulai dari pukul 16.30 sore di tanggal 22 Maret 2024 sampai pukul
12.00 di hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2024.
Pembukaan dari
Ketua DKM Asih Putera mengawali kegiatan Camp Pemuda Masjid. Dalam pembukaan
tersebut, Bapak Dadang Setia mengharapkan para pemuda harus peduli dengan
keadaan sekitar. Budaya yang marak di lingkungan para pemuda sekarang sudah
banyak yang jauh dari budaya Islam. Oleh karena itu, diharapkan dari merekalah
muncul orang-orang yang tercerahkan, yang mampu menampilkan pemuda yang penuh
dedikasi, pemuda yang penuh semangat melakukan perubahan untuk peradaban
bangsa. Di tangan merekalah harapan keadaan bangsa yang penuh peradaban, ilmu,
dan santun.
Kegiatan kemudian
dilanjutkan dengan materi pertama, Dinamika Kelompok. Menurut pemateri, Bapak
Edwin Wahyudin, pada materi ini anak-anak tidak dijejali dengan pengetahuan,
tetapi hanya diberikan beberapa cerita dan game yang kemudian para peserta diminta
untuk mengidentifikasi nilai dari proses permainan tersebut. Misal dari cerita
tentang sebuah kerajaan yang makmur, tetapi rakyatnya seperti tidak peduli
dengan keadaannya yang sakit. Padahal, mereka hanya diminta untuk memberikan
sesendok madu untuk rajanya. Muncullah beberapa pandangan dari para peserta.
Mulai dari madu yang dikumpulkan dari semua rakyat tersebut ada yang mencuri
dan menggantinya dengan air. Ada yang memandang bahwa rakyatnya menganggap
bahwa jika hanya satu sendok air tidak mungkin memengaruhi madu satu tong. Eh,
ternyata pandangan semua rakyat tersebut sama. Mereka bersikap negatif. Maka
hati-hati dalam bersikap, terutama dalam kehidupan organisasi atau
bermasyarakat. Jika kita memancarkan energi negatif, maka masyarakat di
lingkungan kita akan memantulkan energi negatif juga. Begitu pun dalam
permainan lainnya, mereka dituntut untuk mempelajari nilai kehidupan positif
yang diharapkan.
Materi kedua
dilaksanakan setelah tarawih dan tilawah. Cukup malam. Di tengah-tengah rasa
kantuk, mereka “dipaksa” untuk mengikuti dengan semangat. Alhamdulillah, mereka
penuh antusias mengikuti materi yang dibawakan oleh Bapak Dadang Setia.
Pengalamannya dalam dunia filsafat mampu membawa anak-anak menyadari siapa
dirinya, mau apa dan untuk apa mereka ada. Materi mengenalkan diri dan Tuhan
untuk menapaki kehidupan sebagai pemuda yang penuh kesadaran mampu dibawakan
oleh beliau dengan sangat baik.
Setelah materi
kedua, mereka diminta untuk istirahat, untuk merelaksasi dan mengendapkan semua
materi yang didapat mulai sore sampai malam. Namun kenyataannya, sebagian
mereka tidak tidur dengan lelap. Begitupun dengan para panitia. Berbagai
kegiatan mereka lakukan. Mulai dari hanya sebatas ngobrol “ngaler-ngidul”
sampai pembicaraan kehidupan yang serius. Mulai dari hanya bengong dan sekadar
mencari angin malam di luar yang dingin sampai bermain game yang menghibur guna
menjadi teman sebelum kantuk tiba.
Setelah sahur dan
shalat subuh, dilanjutkan dengan kuliah subuh. Sedikit nasihat yang disampaikan
oleh imam, Bapak Edwin Wahyudin, tentang pentingnya memahami karakter muslim
dan mukmin yang dirindukan, yang akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar
dari Sang Pencipta, Tuhan Yang Agung, Allah SWT.
Materi ketiga
pelatihan disampaikan oleh Abul A’la Al-Maududi. Kang Dudi panggilannya. Dia
adalah alumni MTs dan MA Multiteknik Asih Putera. Masih muda, tapi mampu
menjadi pemuda penggerak untuk bangsa. Dia menjadi Ketua Departemen Program Abulyatama Indonesia.
Dari beliaulah, anak-anak termotivasi untuk hidup lebih baik, lebih bermakna,
dan lebih bermanfaat untuk semesta. Semua pasti bisa. Modalnya hanya
keberanian. Keberanian berjalan dalam kebenaran. Keberanian mengatakan yang
seharusnya. Dan, keberanian untuk terus bergerak, memberikan manfaat untuk
umat. Mulai dari diri, dari keluarga, maka ke depan bangsa ini akan maju sesuai
keinginan. Maju dan terus bergerak melakukan perubahan kepada yang lebih baik.
Pada materi
keempat, hari sudah siang. Matahari cukup terik di luar. Tapi semangat
anak-anak para peserta mampu meredupkan panasnya terik matahari tersebut.
Mereka antusias mengikuti materi yang disampaikan oleh Bapak Abdullah Syifa Buana.
Materi tentang kemasjidan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap takmir
masjid untuk mengadabkan masyarakat melalui masjid. Masjid menjadi hulu untuk
mampu menghilirisasi nilai-nilai peradaban kepada masyarakat yang menjadi
muaranya. Nilai-nilai ini harus dimiliki oleh para peserta. Ke depan, merekalah
yang akan berdiri dan menyuarakan suara kebenaran, suara Tuhan, suara hati yang
masih murni.
Terakhir adalah refleksi. Proses penyadaran dan penegasan akan maksud dan tujuan kegiatan ini diadakan. Ini juga menjadi harapan penegasan bahwa ke depan merekalah yang menjadi corong-corong kebenaran dan menjadi orang-orang yang terdepan sebagai pelaku peradaban.