Guru yang Menggairahkan
Oleh: Edwin Wahyudin, M.Pd.
(Guru MA Multiteknik Asih Putera)
Membaca judul
tulisan ini tentu banyak menimbulkan tanda tanya, terutama ketika ditujukan
kepada kata “menggairahkan”. Betul memang, kata “menggairahkan” memiliki makna
yang banyak. Makna-makna itu bisa dimaknai negatif atau positif. Misal,
diartikan dengan meningkatkan kegairahan (kebirahian). Namun selain itu,
“kegairahan” dimaknai juga menyemangati, mengobarkan, menggembirakan,
memotivasi, menggerakkan, dll.
Lalu, bagaimana
kaitannya dengan guru? Pemikiran yang ingin diusung di sini adalah ingin
memunculkan sebuah profil bagaimana seorang guru yang mampu menggairahkan
murid-muridnya dalam konteks pembelajaran. Guru menggairahkan yang dimaksud
adalah seorang guru yang mampu memberi semangat, mengobarkan cita-cita,
menggembirakan dalam setiap pertemuannya, memotivasi untuk melakukan yang
terbaik, dan terus menggerakkan ke arah perbuatan yang terpuji dan keinginan
berprestasi.
Adakah guru yang
dimaksudkan di atas? Tentunya ada. Mungkin Bapak/Ibu guru yang membaca tulisan
ini adalah bagian di dalamnya. Atau Bapak/Ibu orang tua yang sekaligus sebagai
guru di rumah. Tentu saja di antara
mereka hadir guru-guru kita yang sampai sekarang masih terngiang sebagian
nasihatnya, masih tergambar bagaimana perilakunya, masih teringat bagaimana
sikapnya kepada kita. Itulah guru-guru yang menggairahkan.
Di sini, penulis
hanya ingin menggambarkan sedikit profil “guru yang menggairahkan” tersebut.
Masih ingatkah dengan sebuah Novel karya Andrea Hirata yang berjudul “Laskar
Pelangi”? Tentu masih pada ingat, ya. Novel ini diinisiasi atau terinspirasi
dari sebuah kisah nyata tentang perjalanan 10 anak yang berasal dari dusun atau
kampung yang sederhana, kampung nelayan di daerah Sumatera Selatan, tepatnya di
Desa Gantung, Kec. Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka
Belitung. Kesepuluh anak ini bersekolah di sekolah yang sangat sederhana,
bahkan nyaris roboh.
Di balik kisah
heroik “Laskar Pelangi” ini, terdapat perjuangan dua orang guru yang hebat,
yaitu Pak Harfan Efendy Noor (Kepala Sekolah SD Muhammadiyah) dan Ibu Muslimah.
Pak Noor adalah seorang guru sekaligus kepala sekolah yang tak pernah putus
asa, pantang menyerah, dan menghabiskan seluruh jiwa raganya untuk pendidikan,
untuk kemajuan anak-anak “Gantong” ke depannya. Ibu Muslimah yang gigih
memberikan semangat kepada Pak Noor agar tetap membuka SD Muhammadiyah tersebut.
Saat itu, Pak Noor sudah hampir berputus asa karena jika muridnya kurang dari
10 orang, maka Dinas Pendidikan Belitung akan menutupnya. Selain itu, Ibu
Muslimah terus memberikan semangat kepada murid-muridnya, membimbingnya tanpa
henti dan tanpa kenal lelah. Upah yang tak seberapa tidak menjadi alasan
baginya untuk surut berjuang. Semua dilakukan demi kemajuan anak-anak Gantung.
Hasilnya luar biasa, beberapa dari mereka menjadi orang yang hebat dan mampu
membanggakan daerah Belitung.
Apa yang hebat dari
kedua guru tersebut? Jiwanya. Jiwa (ruh) yang terpatri dalam dirinya adalah keinginan
memperjuangkan pendidikan tanpa kenal lelah, tanpa pilih kasih, dan tanpa keluh
kesah walau peluh mereka dibayar dengan tidak seberapa.
Inilah yang digaungkan oleh seorang guru besar, guru yang mampu melahirkan generasi yang hebat, guru yang mampu menjadikan madrasahnya menjadi pusat pendidikan Islam dari berbagai penjuru Indonesia, yang lulusannya sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Beliau adalah Pimpinan Pondok Modern Darussalam, Gontor. Beliau adalah Kyai Dr. H. Syukri Zarkasyi, M.A. Beliau mengajarkan kepada guru-guru atau asatidz/asatidzah di sana agar melaksanakan salah satu teori pendidikan yang digaungkannya, yaitu:
At-thorikotu ahammu minal maddah wal mudarisu ahammu minat tharikoh wa ruhul mudaris ahammu minal mudarris yang artinya: Cara atau Metode itu lebih penting dari pada Materi (Materi pengajaran), Guru lebih penting dari Metode, dan Ruh (Jiwa) seorang Guru itu lebih penting lagi dari guru itu sendiri.
Beberapa pelajaran
yang dapat dipetik oleh kita sebagai pendidik dari mereka adalah:
1.
Ikhlas
Ikhlas adalah inti jiwa. Dialah yang menggerakkan seluruh anggota badan untuk melakukan suatu tindakan dengan sempurna. Sir Pency Nunn, seorang guru besar pendidikan di University of London mengatakan bahwa baik buruknya suatu pendidikan tergantung kepada kebaikan, kebijakan dan kecerdasan pendidiknya (Akbar, 2015). KH. Hasyim Asy’ari, seorang Guru Besar Islam Indonesia menyampaikan banyak pesan untuk para guru. Di antaranya adalah menjaga niat untuk beribadah dan menjaga diri dari keinginan mengejar keduniawian.
2. Semangat berjuang tanpa lelah
Semangat adalah bukti jihad atau
kesungguhan dalam melakukan suatu amalan. Tanpa lelah adalah bentuk perjuangan
yang tidak mudah berputus asa. Perasaan kecewa terhadap murid-murid yang tidak
segera melakukan perubahan ke arah yang lebih baik harus segera dipendam karena
tujuan dari sebuah pendidikan bukan melulu ditujukan pada hasil yang segera,
tapi pendidikan adalah sebuah proses yang harus dinikmati. Durasinya bisa jadi
panjang. Bahkan bisa jadi, saat ajal menjelang, baru dia tersadarkan akan
pendidikan yang kita arahkan. Bukankah Allah SWT Maha Pemaaf, bahkan akan
mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang meminta ampun saat ajalnya mau menjemput!
3. Tanpa pilih kasih
Setiap orang membutuhkan pendidikan.
Setiap murid membutuhkan seseorang yang membimbingnya agar menjadi orang yang
lebih berhasil di kemudian hari. Apapun latar belakang sosialnya, latar
belakang potensi kecerdasannya, bahkan apapun latar belakang agamanya. Mereka
semua berhak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Seperti yang ditunjukkan oleh
Ibu Muslimah dan Pak Noor ketika menerima Harun, anak yang berusia 15 tahun dan
memiliki keterbelakangan mental. Mereka tetap mengajarinya, mendidiknya, dan
membimbing Harun untuk bisa belajar dan diterima oleh teman-teman yang lainnya.
4.
Selalu mencari jalan keluar
Seorang guru yang ikhlas, semangat, dan tidak
mudah berputus asa pasti akan selalu mencari jalan keluar dari suatu
permasalahan yang menghimpitnya. Bagi mereka yang memiliki jiwa seperti ini,
pasti akan selalu dibantu oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Mereka yang beriman
dan bertakwa akan diberikan hidayah, dadanya menjadi lapang dan mudah menerima
segala kebaikan. Mereka akan dimudahkan mencari jalan keluar saat kesulitan
(QS.Ath-Thalaq: 2-4).
5. Ceria dan bersahabat
Rasa inilah yang paling menggairahkan
anak-anak. Guru yang dirundung masalah saat di rumah, guru yang kecewa pada
atasan atau kepada teman sejawat, atau bahkan guru itu kecewa terhadap
murid-muridnya, tidak dia tampakkan kepada murid-murid yang ada di hadapannya.
Dia memandang murid-muridnya penuh dengan harapan. Dia menyampaikan nasihat
dengan lembut juga tegas. Dia menatap anak didiknya dengan penuh kasih sayang.
Tangannya yang selalu menggenggam mereka dan mengelus rambut dan punggung
mereka agar mereka siap dan merasa nyaman saat belajar. Dari bibirnya selalu
tersebar salam dan senyum, serta sapa yang hangat.
Tidak ada kata yang cukup untuk menyampaikan berbagai kebaikan, termasuk penunjukkan profil “guru yang menggairahkan” yang penulis sampaikan di atas. Pasti banyak yang belum terungkap. Walau hanya sepotong ulasan, mudah-mudahan ada manfaat dan pelajaran yang dapat kita raih.
Semoga kita menjadi bagian dari guru
yang menggairahkan, yang menjadi penyemangat dan menjadi penggerak bagi anak
didik kita ke arah yang lebih baik, ke arah prestasi yang hakiki, bahagia dunia
dan akhirat.
(Dari berbagai sumber)
Wallahu A’lam.