Indonesia dan Minat Baca
Oleh: Ceuceu Gumilang
Hari ini, 17 Mei 2022 merupakan Hari Membaca Nasional. Hari dimana diharapkan seluruh rakyat Indonesia, kembali mencintai buku dan membangkitkan semangat membaca serta meningkatkan kemampuan literasinya.
Data UNESCO menyebutkan Indonesia memiliki tingkat
literasi yang sangat rendah, yang berarti minat baca sangat rendah dengan
persentase 0,001 persen atau dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin
membaca.
Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for
International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic
Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019.
Apa itu literasi? Literasi adalah kedalaman pengetahuan
seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Rendahnya tingkat literasi
bangsa Indonesia ditengarai karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia
hanya berkutat pada sisi hilir. Sisi hilir yang dimaksud yakni masyarakat yang
terus dihakimi sebagai masyarakat yang rendah budaya bacanya.
Hal tersebut memunculkan stigma, karena diklaim sebagai bangsa yang rendah budaya bacanya, maka rendah pula indeks literasinya.
Stigma tersebut yang mengakibatkan Indonesia menjadi rendah daya saingnya, rendah indeks pembangunan SDM-nya, rendah inovasinya, rendah income per kapitanya, hingga rendah rasio gizinya. Itu semua akhirnya berpengaruh pada rendahnya indeks kebahagiaan warga Indonesia itu sendiri.
Maka perlu adanya sisi hulu, termasuk peran negara yang dapat menghadirkan buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari Sabang sampai Merauke, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di pelosok.
Perlu peran aktif dari semua pihak untuk merubah stigma
di atas. Keterlibatan lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif juga peran para
pakar dari akademisi, swasta, para
penulis juga penerbit. Semua harus bersinergi untuk menciptakan iklim yang
kondusif sehingga budaya membaca bisa berkembang.
Total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Artinya satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun, sehingga Indonesia memiliki tingkat terendah dalam indeks kegemaran membaca. Padahal menurut standar UNESCO minimal 3 buku baru untuk setiap orang setiap tahun.
Sebagai perbandingan, di negara Asia Timur seperti Korea, Jepang, China, rata-rata memiliki 20 buku baru bagi setiap orang. Ini menjadi tantangan bagi negara dan paling mendasar, kenapa budaya membaca di Indonesia rendah.
Para penulis buku bisa menulis terkait asal usul budaya suatu daerah, asal usul geografisnya, termasuk potensi SDA, potensi wilayah, pariwisata di masing-masing daerah untuk menghadirkan bahan bacaan yang proper dengan kearifan budaya di masing-masing daerah bagi penduduk di daerah itu.
Dari dunia sekolah, hendaknya bisa lebih kreatif mengemas
program kegiatan siswa agar budaya membaca bisa berkembang. Sudut-sudut baca di
setiap ruang kelas juga perpustakaan sekolah harus kreatif membuat program literasi
sehingga siswa akan lebih sering datang untuk membaca.
Yang perlu diperhatikan adalah bukan hanya tingkat membaca dari sekadar membaca saja, namun juga sejauh mana pemahaman terhadap sesuatu yang sedang mereka baca.
Urutan Negara dengan Tingkat Literasi Tertinggi
1. Finlandia
Finlandia, merupakan negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia, yang menjadikan kegiatan membaca sebagai budaya dengan didukung oleh 738 perpusatakaan umum dan perpustakaan universitas di seluruh Finlandia.
2. Belanda
Belanda adalah salah satu negara yang bahkan menumbuhkan
budaya membaca mulai sejak dini. Bayi-bayi yang ada di Belanda saat berusia
empat bulan akan secara otomatis mendapatkan formulir keanggotaan di sebuah
perpustakaan umum.
3. Swedia
Swedia memberikan buku bacaan dalam paket bingkisan
kepada keluarga yang baru memiliki bayi. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan
budaya membaca sejak dini. Sehingga tak heran jika negara Swedia punya tingkat
literasi yang tinggi.
4. Australia
Australia juga melakukan pemberian buku dalam paket
bingkisan untuk keluarga yang baru memiliki bayi. Bahkan jauh sebelum itu
terdapat sebuah program tantangan membaca atau Reading Challenge untuk
memotivasi orang tua agar bisa menanamkan budaya membaca dalam keluarga.
5. Jepang
Jepang sudah terkenal karena tingginya tingkat literasi
di negara sakura tersebut. Hal ini karena masyarakat Jepang punya kebiasaan
membaca yang dilakukan ketika menunggu atau naik angkutan umum. Alih-alih
menggunakan gawai seperti masyarakat Indonesia, orang Jepang justru lebih
memilih untuk membaca buku, majalah, atau surat kabar.
Mari kita bergerak serentak untuk meningkatkan kemampuan
literasi Indonesia, letakkan sejenak gadget dan sisihkan waktu untuk membaca
buku bersama keluarga. Ubah mindset dalam memberi hadiah, jadikan buku sebagai hadiah menarik untuk anak-anak kita. Karena
buku adalah gudangnya ilmu, dan membaca adalah kuncinya. Selamat Hari Buku
Nasional!