Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Makna Iman dan Ihtisab dalam Puasa Ramadhan

Melaksanakan ibadah puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap mukmin, jelas tertera perintahnya di dalam Alqur’an QS. Al Baqarah ayat 183. Alangkah ruginya, jika kita melaksanakan puasa Ramadhan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Ada banyak hikmah dan kebaikan untuk kita, jika kita bisa memahami makna di balik kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. 

Al Khottobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.”

Hadits yang kita kaji di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Benarnya puasanya jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.

Kalau seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridho, maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga, ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik

Hadits di atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Allah ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa. Dan itulah yang disebut ikhlas.

Kesimpulannya adalah, siapa saja orang mukmin yang berpuasa dengan dorongan dan dasar keimanan kepada Allah, bahawa ini adalah perintah-Nya, meyakini bahawa ini hukumnya wajib, kemudian melaksanakannya dengan ikhlas semata-mata untuk-Nya, mengharapkan rido dan pahala-Nya, maka dosa yang telah dia lakukan sebelumnya, pasti akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala.

(Dari berbagai sumber)