Makna Iman dan Ihtisab dalam Puasa Ramadhan
Melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap mukmin, jelas tertera
perintahnya di dalam Alqur’an QS. Al Baqarah ayat 183. Alangkah ruginya, jika
kita melaksanakan puasa Ramadhan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban.
Ada banyak hikmah dan kebaikan untuk kita, jika kita bisa memahami makna di
balik kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan tersebut.
Dari Abu
Hurairah, ia berkata,
“Barangsiapa
berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Yang
dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban
puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah
Ta’ala.
Al Khottobi
berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat
untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia
tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.”
Hadits yang
kita kaji di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Benarnya
puasanya jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena
Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas
dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.
Kalau
seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridho,
maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur
atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa
berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga, ia pun terlihat berhati ceria
dan berakhlak yang baik
Hadits di
atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Allah
ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa. Dan itulah yang disebut
ikhlas.
Kesimpulannya
adalah, siapa saja orang mukmin yang berpuasa dengan dorongan dan dasar
keimanan kepada Allah, bahawa ini adalah perintah-Nya, meyakini bahawa ini
hukumnya wajib, kemudian melaksanakannya dengan ikhlas semata-mata untuk-Nya,
mengharapkan rido dan pahala-Nya, maka dosa yang telah dia lakukan sebelumnya,
pasti akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala.
(Dari
berbagai sumber)