
Mudik dan Halal Bihalal, Sebuah Tradisi Penuh Kebaikan
Oleh:
Admin Ceuceu Gumilang
Mungkin
hanya ada di negara kita, sebuah tradisi tahunan yang begitu dirindukan dan
menjadi cerita tak berkesudahan. Sebagai negara mayoritas muslim yang tersebar
di seluruh pelosok negeri, ada sebuah tradisi tahunan yang selalu dinantikan di
setiap penghujung Ramadhan, mudik!
Ya,
mungkin hanya ada di Indonesia, tradisi pulang kampung di saat lebaran, yang
pergerakan total pelakunya tahun ini, diperkirakan mencapai 123 juta orang
pemudik. Fantastis!
Bisa
dimengerti, setelah badai pandemi Covid-19, baru tahun ini Pemerintah
memperbolehkan rakyatnya melakukan mudik tanpa syarat! Tak ada lagi PPKM serta
kewajiban melakukan swab bagi yang akan bepergian ke luar kota. Walaupun
himbauan dan anjuran untuk tetap menggunakan masker tetap dilakukan.
Besarnya
angka pemudik setiap menjelang lebaran Idul Fitri, benar-benar menjadikan kota
besar terasa lengang karena ditinggalkan penghuninya.
Mudik
dan Dampaknya
Mudik, oleh
KBBI disinonimkan dengan pulang kampung, adalah adalah kegiatan
perantau/pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia,
identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan
terutama menjelang Idul Fitri. Mudik sudah menjadi tradisi turun-temurun yang
dilakukan masyarakat Indonesia setiap menjelang lebaran. Biasanya, tujuannya
adalah untuk berkumpul, bertemu, dan bersilaturahim dengan orang tua dan sanak
keluarga di kampung halaman.
Mudik
laksana ritual wajib yang memerlukan
banyak pengorbanan. Bukan hanya materi, bahkan nyawa bisa menjadi taruhannya. Rela
harus berdesak-desakan atau bahkan terjebak dalam kemacetan panjang yang melelahkan.
Namun itu semua tidak pernah menyurutkan semangat para pemudik.
Mudik
ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi banyak faktor. Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memprediksi, perputaran ekonomi pada liburan
mudik 2023 akan meningkat dibanding tahun sebelumnya. Jumlah uang yang berputar
diperkirakan mencapai 240,1 triliun rupiah!
Kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tradisi mudik bagi bangsa Indonesia,
selain memperkokoh sendi-sendi kebangsaan melalui penguatan ikatan keluarga,
silaturahim antar sanak saudara, sebagai manifestasi nilai-nilai keislaman,
juga berimplikasi terhadap faktor kesejahteraan masyarakat. Ambil saja contoh
dari sejak dalam perjalanan, misal berhenti di rest area untuk makan, membeli bahan
bakar dan oleh-oleh, hingga beberapa hari tinggal di kampung halaman, di situ
terjadi perputaran uang yang sangat cepat dan dinamis. Oleh karena itu, wajar
saja jika dikatakan mudik berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
Halal
Bihalal
Tujuan
orang melakukan mudik yang terutama adalah untuk bertemu orang tua dan keluarga.
Mudik menjadi ajang silaturahim dengan
keluarga besar di desa kelahiran atau kampung halaman. Ini bagian dari
perwujudan nilai keislaman, terutama terkait akhlakul karimah. Wujud dari
silaturahim ini melalui tradisi bersalam-salaman, saling berkunjung ke rumah-rumah,
mulai dari rumah orang tua atau yang dituakan di keluarga besar, hingga kerabat
dan teman sekolah.
Tradisi bermaaf-maafan
dengan keluarga, tetangga dan rekan saat Idul Fitri biasa disebut Halal bihalal.
Biasanya Halal bihalal dilakukan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga,
saudara, dan kerabat. Pada acara Halal bihalal,
tiap orang akan saling memaafkan dan bersalam-salaman.
Halal bihalal
menjadi tradisi yang terus berkembang hingga saat ini. Halal bihalal juga
berkembang menjadi ajang "open house", di mana sebuah rumah atau
instansi mengundang orang untuk datang bersilaturahim. Halal bihalal merupakan
tradisi asli Indonesia yang tak akan ditemukan di negara manapun. Halal bihalal adalah kegiatan pertemuan untuk bersilaturahim,
bersalam-salaman dan saling memaafkan yang biasanya akan diakhiri dengan acara
makan-makan.
Rasulullah
berpesan,: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir
maka katakanlah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). Dalam hadits lain
disebutkan, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka sambunglah tali silaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim). Bahkan,
Nabi juga mengingatkan, “Tidak masuk surga orang yang memutus tali
silaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai keislaman sesuai perintah Allah dan tuntunan sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW, Yayasan Asih Putera menggelar acara Halal Bihalal untuk seluruh keluarga besar Yayasan yang dihadiri oleh keluarga Dewan Pendiri, guru, staf dan karyawan di lingkungan Yayasan Asih Putera. Kegiatan diselenggarakan pada tanggal 6 Mei 2023, bertempat di Masjid Asih Putera, dengan menghadirkan perceramah Ust. Tatan Ahmad Santana. Halal bihalal kali ini, mengangkat tema “Satukan Hati dan Langkah Menuju Perbaikan dan Kesuksesan.”
Alhamdulillah, suasana hangat dan gembira sangat
terasa, ketika semua duduk satu lantai bagai tanpa batas, saling bersalaman dan
saling memaafkan. Yang muda kepada yang tua pun sebaliknya. Karena kita paham,
sebagaimana fitrahnya manusia, kita tak bisa luput dari khilaf dan kesalahan. Mari
manfaatkan halal bihalal ini sebagai tradisi yang begitu penuh kebaikan, untuk meraih
ridho Allah dan meneladani Rasul-Nya.*