Pemanfaatan Eco Enzyme Sisa Sayuran sebagai Alternatif Pupuk cair Kimia (AB MIx)
Untuk Tanaman Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) dengan Sistem Tanam Hidroponik
Oleh: Fathiya Ilma Shabrina - Salwa Rahmani - Sheva Jyestafsyana Subagja (MA Multiteknik Asih Putera)
a)fathiyailmashabrina4@gmail.com b)ssalwarh@gmail.com c)sangjyestha@gmail.com
Abstrak.
Sistem
hidroponik merupakan sistem budidaya tanaman dengan menggunakan air sebagai
media tanamnya. Salah satu
keunggulan dari hidroponik adalah tidak memakan banyak lahan sehingga dapat
dilakukan di rumah tanpa halaman
sekalipun. Masa panen tanaman dengan menggunakan sistem hidroponik juga relatif
lebih singkat dibandingkan sistem konvensional. Selain itu, kualitas tanaman
juga lebih baik dan kebersihannya terjaga. Namun, sistem hidroponik juga memiliki
kekurangan, yaitu, modal yang diperlukan cukup besar. Pupuk kimia AB Mix yang
biasa digunakan memiliki harga yang relatif tinggi. Maka dari itu, kami
melakukan penelitian ini untuk mengkaji pemanfaatan eco enzyme dari sisa sayuran buncis sebagai alternatif dari pupuk
kimia yang harganya tidak terjangkau bagi semua kalangan. Adapun penggunaan
buncis sebagai variabel dikarenakan Jawa Barat merupakan produsen buncis
terbesar di Indonesia, dan tak jarang dengan masa simpan yang sebentar, buncis
mengalami pembusukan bahkan saat masih dalam proses pengiriman dari petani ke
pedagang dan akhirnya terbuang secara percuma. Metode penelitian yang kami
gunakan adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kami melakukan uji kandungan eco enzyme buncis dan AB Mix kemudian
mengaplikasikannya langsung kepada tumbuhan pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) dalam media tanam hidroponik selama enam minggu. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa eco
enzyme buncis memiliki kandungan yang hampir mirip dengan pupuk kimia dan
karakteristik tanaman yang dihasilkan pun mirip dengan tanaman yang tumbuh menggunakan pupuk kimia. Sebagai
perbandingan, tanaman pakcoy yang diberi eco
enzyme buncis dan tanaman pakcoy yang diberi pupuk AB Mix memiliki rasio
4:5 untuk pertumbuhan jumlah daun, 5:8 untuk pertumbuhan tinggi batang, dan 2:3
untuk lebar daun.
Kata kunci:
buncis, eco enzyme, hidroponik, pupuk, tanaman
Pendahuluan
Di zaman yang serba modern
ini, teknologi dunia semakin maju dan berkembang, baik
teknologi di bidang informasi, komunikasi, transportasi, pendidikan, kesehatan,
konstruksi, maupun pertanian.
Meningkatnya tingkat konstruksi gedung- gedung perkantoran, pusat perbelanjaan,
apartemen, dan sebagainya menyita lahan yang luas. Hal ini berpengaruh pada
industri pertanian konvensional yang membutuhkan lahan yang luas untuk dapat
beroperasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah mengganti
sistem pertanian dari konvensional menjadi hidroponik.
Sistem hidroponik memungkinkan penggunaan lahan yang lebih efektif dan efisien. Sistem hidroponik dapat dilakukan di berbagai tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup dan pengairan yang baik. Selain lebih hemat lahan, sistem hidroponik juga lebih bersih dan steril. Dengan sistem ini, larutan nutrisi dialirkan langsung pada tanaman sehingga tidak menggunakan media tanah yang berpotensi membawa penyakit dan hama bagi tanaman. Namun, sistem hidroponik juga mempunyai beberapa kekurangan. Salah satunya adalah biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional. Faktor yang menyebabkan hal tersebut ialah harga larutan nutrisi yang tinggi.
Nutrisi AB Mix adalah larutan yang
dibuat dari bahan-bahan kimia yang diberikan melalui media tanam, yang
berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi AB Mix merupakan larutan hara yang terdiri dari stok A yang berisi unsur hara
makro dan stok B berisi unsur hara
mikro. Nutrisi yang mengandung unsur makro yaitu nutrisi yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak seperti N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium), S (sulfur), Ca
(kalsium), dan Mg (magnesium). Nutrisi yang mengandung unsur mikro merupakan
nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Mn (mangan), Cu
(tembaga), Zn (seng), Cl (klorin), Na
(natrium), dan Fe (besi).
Selama ini para petani menggunakan AB mix yang merupakan nutrisi dengan harga yang mahal. Sebagai alternatif penggunaan AB mix, sebenarnya petani dapat memanfaatkan eco enzyme yang berasal dari sampah buncis. Seperti diketahui, Jawa Barat merupakan penghasil buncis terbesar di Indonesia. Sampah buncis dapat ditemukan di mana-mana, di pasar, di warung-warung, bahkan di kebun-kebun petani buncis. Buncis merupakan jenis sayur dengan masa simpan yang pendek. Buncis bisa mengalami pembusukan bahkan saat masih dalam proses pengiriman dari petani ke pedagang sehingga akhirnya terbuang secara percuma.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)[1], produksi buncis di Indonesia sebanyak 320.774 ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 4,85% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 305.923 ton. Jawa Barat menjadi wilayah penghasil buncis terbesar di Indonesia dengan produksi 86.093 ton yang setara dengan 26,84% dari total produksi buncis secara nasional pada tahun 2021. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan produksi buncis di Jawa Barat pada tahun 2022 adalah sebanyak 900.542 kuintal. Angka tersebut menunjukkan peningkatan produksi buncis sebesar 47.408 kuintal dibandingkan dengan total produksi buncis pada tahun 2021 [2], [3]
Eco enzyme merujuk pada hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah, sayuran, gula (cokelat, merah, tebu), dan air. Fermentasi ini menghasilkan berbagai jenis enzim alami, seperti hidrolase, amilase, lipase, dan protease, serta melibatkan mikroflora seperti ragi, jamur, dan bakteri anaerobik. Selain itu, eco enzyme juga mengandung nutrisi esensial bagi tanaman, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan karbon organik (C) [4].
Beberapa penelitian tentang eco enzyme pernah dilakukan dengan metode, bahan, dan teknik yang berbeda-beda. Dua penelitian mengunakan kulit buah dan limbah sayur sebagai bahan dasar eco enzyme [5], [6]. Ada pula penelitian yang menggunakan selada sebagai media pengaplikasian eco enzyme [7]. Sementara itu, terdapat pula riset dengan menggunakan sistem hidroponik DFT [8].
Penelitian ini akan memanfaatkan limbah
buncis sebagai bahan baku pembuatan eco
enzyme sebagai alternatif pupuk AB Mix. Limbah buncis yang sudah menjadi eco enzyme kemudian diaplikasikan secara
langsung ke tanaman dalam media hidroponik untuk diamati pertumbuhannya.
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium MA Multiteknik Asih Putera yang dilakukan sejak September 2022
hingga September 2023.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain botol plastik 1,5 liter, Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO), pisau, ppm meter, pinset, saringan, neraca
digital, hand sprayer, corong, kertas
label, alat tulis, bak hidroponik
sistem wick, netpot, kain flanel, tutup impraboard
12 lubang, dan suntikan takaran.
Bahan meliputi limbah buncis,
bibit tanaman pakcoy (Brassica
rapa chinensis L.), gula merah/tetes/molase, rockwool, dan air bersih.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua
tahapan yaitu tahap penelitian deskriptif dan eksperimental. Tahap penelitian
deskriptif meliputi pembuatan pupuk
organik cair (POC) berupa eco enzyme berbahan
dasar limbah buncis kemudian dilanjutkan dengan pengujian kualitas unsur hara
menggunakan Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO). Tahap penelitian eksperimental
meliputi pengaplikasian eco enzyme dan
pengamatan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) Penelitian
dilakukan dengan menggunakan penanaman sistem wick selama enam minggu.
Prosedur Penelitian Tahap I
1. Pembuatan Eco-enzyme
Pembuatan eco enzyme
dimulai dengan persiapan bahan-bahan berupa limbah rumah tangga yaitu bagian ujung pada buncis
yang tidak terpakai atau buncis yang sudah membusuk. Setelah mempersiapkan
bahan-bahan, buncis dipotong berukuran kecil sekitar 3-5 cm. Dalam botol
kosong, molase dengan air bersih dicampur secara merata dengan perbandingan
1:10. Setelah itu, potongan limbah buncis dimasukkan ke dalam botol dengan
perbandingan buncis, molase, dan air bersih sama dengan 3:1:10. Kemudian, botol
ditutup dengan rapat, diberi label, dan disimpan selama 90 hari atau
lebih pada tempat yang teduh dan tidak terpapar sinar matahari langsung.
Selama 1 minggu pertama, tutup botol dibuka sehari sekali untuk mengeluarkan
gas hasil proses fermentasi. Setelah itu,
botol disimpan dan dibiarkan dalam kondisi tertutup rapat dan tidak terpapar
sinarmatahari.
2
Pengujian Kualitas Unsur Hara
Pengujian kualitas kandungan unsur hara pada eco enzyme dilakukan dengan pengujian menggunakan Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO). Eco enzyme yang telah melalui proses fermentasi kemudian diuji,diambil ekstrak jernihnya lalu ditambahkan macam pereaksi sesuai dengan unsur hara yang diujikan. Persentase kadar unsur hara ditunjukkan oleh warna dan atau lapisan yang tampak pada akhir pengujian.
Pada pengujian unsur hara Nitrogen (N),
digunakan pereaksi N-1, N-2, dan N-3 kemudian perubahan warna dibandingkan
dengan bagan warna yang telah tersedia pada Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO).
Pada pengujian
unsur hara Fosfor (P), digunakan
pereaksi P-1,P-2, dan P-3 kemudian
perubahan warna dibandingkan dengan bagan warna yang telah tersedia pada Perangkat Uji Pupuk Organik
(PUPO).
Pada pengujian unsur hara Kalium (K), digunakan pereaksi
K-1, K-2, dan K-3 kemudian diamati adatidaknya lapisan
pada akhir pengujian.
Prosedur Penelitian Tahap II
1. Penyemaian Benih
Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)
Penyemaian dimulai dengan menyiapkan
media tanam berupa rockwool. Rockwool dipotong
melintang sesuai serat-seratnya hingga membentuk persegi berukuran 4x4 cm lalu
diberi lubang pada bagian tengahnya. Kemudian rockwool diletakkan pada nampan dan dibasahi dengan air hingga
media tanam menjadi lembab.
Selanjutnya benih pakcoy dimasukkan ke dalam
lubang pada rockwool menggunakan alat
bantu berupa pinset. Setelah itu,
bagian atas pada nampan ditutup menggunakan plastik hitam yang bertujuan agar rockwool tetap dalam keadaan lembab
sehingga dapat mendukung perkecambahan benih. Benih disimpan di tempat gelap
selama kurang lebih satu minggu hingga muncul radikula. Setelah berkecambah,
benih dipindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari. Proses pembibitan
pakcoy dilakukan hingga bibit memunculkan daun. Kemudian setiap bibit dipindahkan
ke dalam net pot yang diletakkan di
dalam bak sistem hidroponik wick yang
telah diberi perlakuan. Penanaman dilakukan dengan menanam 1 tanaman/net pot.
2.
Aplikasi Perlakuan
Pada setiap perlakuan, dilarutkan eco enzyme sebanyak 100 ml (10%) dalam
air 1000 ml. Aplikasi eco enzyme pada
tanaman pakcoy dilakukan sejak bibit pakcoy dipindah tanam pada bak sistem
hidroponik wick dan dilakukan
pengecekan ppm setiap minggu dengan
kadar sebesar 500 ppm sebagai
acuan.
3.
Pemeliharaan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)
Dalam proses pemeliharaan, dilakukan pengecekan pada sore hari. Pengaplikasian eco enzyme sebagai Pupuk Organik Cair (POC) dilakukan setiap 4 hari sekali dengan kadar 500 ppm sebagai acuan.
4.
Pemanenan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)
Setelah percobaan dilakukan
selama satu bulan, tanaman pakcoy dipindahkan menuju green house sekolah.
5.
Variabel yang Diamati
Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan tanaman antara lain jumlah daun, tinggi batang, dan lebar daun.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian pada tahap pertama diperoleh data berupa kualitas unsur hara dari
larutan eco enzyme yang meliputi
kadar Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Data tersebut
kemudian dibandingkan dengan data kualitas unsur hara dari pupuk kimia AB Mix.
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis
pengujian kandungan unsur hara eco enzyme
berdasarkan Perangkat Uji Pupuk Organik meliputi
N sebesar 2,5 %, P sebesar 4%, dan K sebesar 0,5%. Berdasarkan hasil data tersebut,
kandungan unsur hara pada eco enzyme menunjukkan
persentase kandungan unsur N dan K serupa dengan persentase kandungan unsur
hara pada pupuk kimia AB Mix serta menunjukkan persentase lebih besar pada
unsur hara P.
Gambar 1. Dokumentasi hasil analisis kandungan unsur hara berupa a) Nitrogen (N), b) Fosfor (P), dan c) Kalium (K) pada eco enzyme buncis.
Hasil penelitian pada tahap kedua merupakan data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman pakcoy dengan variabel antara lain jumlah daun, tinggi batang, dan lebar daun. Pengamatan dilakukan sejak minggu ke- 1 sampai dengan minggu ke-6. Setelah pengamatan, dilakukan perhitungan secara statistik sehingga diperoleh ringkasan pertumbuhan tanaman pakcoy seperti yang tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Rerata Parameter Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)
Berdasarkan gambar 2 pada parameter pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) terhadap parameter jumlah daun,
tinggi batang, dan lebar daun, terlihat bahwa kurva pada gambar 1A, 1B, dan 1C
menunjukan bahwa tanaman yang menggunakan eco
enzyme menunjukan hasil yang mendekati pertumbuhan tanaman yang menggunakan
pupuk AB Mix.
Berdasarkan hasil penelitian didapati
bahwa unsur hara N dan K pada eco enzyme berbahan
dasar limbah buncis memiliki persentase yang serupa dengan nutrisi AB Mix yaitu
sebesar 2,5% untuk unsur N dan 0,5% untuk unsur K. Selain itu, unsur hara P pada eco enzyme
juga menunjukkan persentase yang lebih unggul daripada AB
Mix yaitu sebesar 4%. Pemberian eco enzyme sebagai pupuk organik cair menunjukkan hasil yang mendekati pertumbuhan tanaman yang menggunakan pupuk
AB Mix.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian eco enzyme yang telah diuji, diketahui bahwa eco enzyme mengandung unsur hara N dan K
yang serupa dengan kandungan pada AB Mix. Sedangkan, unsur P pada eco enzyme lebih unggul dibandingkan
dengan AB Mix. Hasil ini menunjukkan bahwa eco
enzyme layak dijadikan sebagai nutrisi tanaman hidroponik karena memiliki
kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Setelah diaplikasikan langsung pada tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.), didapati bahwa pemberian eco enzyme menunjukkan hasil yang mendekati pertumbuhan tanaman yang menggunakan pupuk AB Mix, Hal ini menunjukkan bahwa eco enzyme berbahan dasar buncis dapat dijadikan sebagai bahan pengganti atau bahan campuran dengan AB Mix. Penggunaan eco enzyme sebagai bahan campuran ataupun sebagai bahan pengganti AB Mix dapat menghemat biaya operasional dan dapat menghasilkan sayuran yang diharapkan lebih sehat karena nutrisinya berasal dari bahan-bahan organik, bukan bahan kimiawi.
Referensi
[1] Badan Pusat Statistik Jawa Barat, “Produksi Tanaman Sayuran (Buncis, Bayam, Ketimun dan Tomat) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, 2016.” Accessed: Jan. 01, 2024. [Online]. Available: https://jabar.bps.go.id/statictable/2018/03/14/ 318/produksi-tanaman-sayuran-buncis- bayam-ketimun-dan-tomat-menurut- kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-barat- 2016.html
[2] R. Mustajab, “Produksi Buncis Indonesia Terbanyak di Jawa Barat pada 2021.” Accessed: Jan. 01, 2024. [Online]. Available: https://dataindonesia.id/agribisnis- kehutanan/detail/produksi-buncis-indonesia-terbanyak-di-jawa-barat-pada-2021
[3] N. Q. L. Safitri, “Meningkat! Berikut 5 Daerah Penghasil Buncis Terbesar di Jawa Barat, Juaranya Bukan Garut atau Bandung tapi... - Malang Network.” Accessed: Jan. 01, 2024. [Online]. Available: https://malang.jatimnetwork.com/nasional/37 910531509/meningkat-berikut-5-daerah- penghasil-buncis-
terbesar- di-jawa-barat- juaranya-bukan-garut-atau-bandung-tapi
[4] H. A. K. Mavani et al., “Antimicrobial efficacy of fruit peels eco-enzyme against Enterococcus faecalis: An in vitro study,” Int. J. Environ. Res. Public Health, vol. 17, no. 14, pp. 1–12, 2020, doi: 10.3390/ijerph17145107.
[5] A. Istanti, A. B. Indraloka, and S. W. Utami, “Karakteristik Pupuk Cair Eco-Enzyme Berbahan Dasar Limbah Sayur Dan Buah Terhadap Kandungan Nutrisi Dan Bahan Organik,” Agriprima J. Appl. Agric. Sci., vol. 7, no. 1, pp. 79–85, Mar. 2023, doi: 10.25047/agriprima.v7i1.503.
[6] R. K. Salsabila and Winarsih, “Efektivitas Pemberian Ekoenzim Kulit Buah sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.),” Lentera Bio, vol. 12, no. 1, pp. 50–59, 2023, [Online]. Available: https://journal.unesa.ac.id/index.php/lenterabi o/index50
[7] R. Nangoi, R. Paputungan, T. B. Ogie, R. I. Kawulusan, R. Mamarimbing, and F. J. Paat, “Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga Sebagai Eco-Enzyme Untuk Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.),” J. Agroekoteknologi Terap., vol. 3, no. 2, pp. 422–428, 2022.
[8] B. Wiryono, Sugiarta, Muliatiningsih, and Suhairin, “Efektivitas Pemanfaatan Eco Enzyme untuk MeningkatkanPertumbuhan Tanaman Sawi dengan Sistem Hidroponik DFT,” in KONGRES KE III APTS-IPI DAN SEMINAR NASIONAL 2021 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mataram, 2021.