Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Perilaku Konsumtif yang Bikin Defisit

Oleh: Dra. Imas Wina Triana (Guru MI Asih Putera)

Ramadhan selalu penuh berkah. Semua orang menyambutnya dengan gembira. Semua kegiatan turut meramaikan datangnya Bulan Suci Ramadhan.

Dalam setiap kesempatan perayaan suatu agama, tentu para pelaku ekonomi melihat ini sebagai peluang yang luar biasa. Pasar terbuka lebar, mereka berlomba untuk menawarkan produk sehingga tumpah ruah, lengkap dengan  berbagai kemudahan dan keringanan untuk mendapatkannya.  Strategi penjualan bertaburan di sana sini. Kita tak perlu lagi harus pergi mencari, tidak perlu ke supermarket dan berjejalan untuk mendapatkan  sale-sale dengan berbagai diskon.  Sekarang, hanya dengan bermodalkan gadget sederhanapun, semua barang bisa datang ke ruang pribadi masing-masing. Toh saat ini, setiap orang sudah tidak bisa lepas dari koneksi dengan  jaringan media.

Hal itu tidak akan mengurangi kekhusyuan apa pun di Bulan Ramadhan, manakala  secara ekonomi  siap dari sebelumnya. Sudah diprogram, dibagi-bagi waktunya kapan saat kita beribadah, bekerja, mengurus rumah, kapan kita melanglang dunia melalui belanja dan kegiatan lainnya. Kalau mengikuti Utsman bin Affan, siang hari sebagai saudagar yang luar biasa, malam hari ibadahnya pun luar biasa.

Yang agak riskan adalah ketika nyerempet pada perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang senang membelanjakan uang tanpa pertimbangan yang matang.  Perilaku ini tak bisa lepas dari gaya hidup yang serba praktis dan mobile, didukung teknologi canggih yang memudahkan berbagai kepentingan dan adanya daya beli. Ketika masih memiliki daya beli, perilaku konsumtif itu mengasyikan. Kita bisa membeli apa yang dibutuhkan juga yang diinginkan... tetapi, ketika  daya beli mengalami penurunan atau  masalah, sementara perilaku konsumtif sudah menjadi karakter  karena pengendalian diri yang kurang, tentu akan mempengaruhi kesehatan finansial.

Tawaran yang datang dari orang terdekat, saudara, teman, tetangga, dengan berbagai pertimbangan: butuh, atau nggak enak kalau menolak, kasihan, solider dong saya juga suka menawarkan sesuatu. Perlu, ataukah ingin, bahkan  mungkin tanpa terasa jadi ketagihan  eksis, apalagi ini limited edition... orang lain nggak akan ada yang punya. Kalau beli ini sekarang, nanti  ketemu teman, kerabat  bakal nyambung  karena up date dengan topik yang sedang IN, dan  menarik bahasannya untuk bisa diakui dan  bertahan dalam  suatu kelompok atau  komunitas.  Seringkali karena alasan “Ah, ini kan keperluan si adik, ini untuk yang besar, ayahnya  belum dapat apa-apa,  sambil nunggu aku bisa beli yang terbaru, mumpung ada moment 04-04- pada pukul 04 ... dan begitu seterusnya.

Sepertinya, setiap menyambut hari lebaran itu segala sesuatu menjadi nampak sangat  diperlukan, menjadi penting dan prioritas. Beli sekarang mungpung ada rejekinya,  apalagi ada uang THR.  Dalih karena butuh atau  perlu, bahkan hanya ingin, seakan berebut terus pada skala prioritas seseorang. 

Bagaimana agar kita tidak terjebak pada perilaku konsumtif?  Beberapa langkah bisa mengurangi perilaku konsumtif,  diantaranya membuat anggaran belanja,  membuat  prioritas pengeluaran. Catat kalau perlu  ketika membeli sehingga beli yang dibutuhkan saja, dan harus  lebih cermat ketika berbelanja.

Belajar menabung sehingga ketika ingin sesuatu bisa memanfaatkan tabungan, tidak mengganggu stabilitas ekonomi yang sedang berjalan. Kurangi jalan-jalan atau cuci mata untuk window shoping. Belajar investasi untuk merencanakan masa depan, beramal dengan bersedekah agar rejekinya berkah dan terus bertambah.

Bagaimana dengan kita?

Lebaran kembali ke Fitri. Alhamdulillah, jangan sampai malah defisit. Defisit  amal, ya defisit isi kantong. Naudzubillah. Semoga kita  bisa  selalu berhemat, membeli karena memang diperlukan,  membiasakan bersedekah sehingga rejeki terus berlimpah dan berkah.*


#foto dr Detikcom