Personal Transformation
Oleh:
Ceuceu Gumilang
Hidup identik dengan perubahan. Tidak ada yang
konstan dalam kehidupan ini, yang konstan adalah perubahan itu sendiri. Setiap
manusia memiliki potensi untuk selalu melakukan perubahan demi mendapatkan
sesuatu yang lebih baik. Persoalannya adalah, apakah kita mau berubah? Kapan
kita akan berubah? Setelah perubahan itu terjadi, apakah kita bisa adaptif dan
mau belajar untuk memantaskan diri dengan perubahan itu sendiri?
Ketika kita berbicara tentang perubahan, maka yang terlebih dahulu harus diubah adalah mindset atau cara pandang kita terhadap sesuatu, yang ingin kita rubah. Misalnya, cara pandang terhadap profesi kita dan membawanya ke luar. Mindset yang harus selalu kita pahami adalah, bahwa perubahan besar selalu akan dimulai dari perubahan yang kecil terlebih dahulu. Setiap perubahan besar ataupun kecil, harus dimulai dari diri sendiri!
Ada sebuah ungkapan seorang sufi yang sangat terkenal, yaitu Jalaluddin Rumi yang bisa menjadi bahan renungan kita, “Kemarin
aku pintar, akupun ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijak, maka aku akan mengubah
diriku sendiri.” Dari pernyataan
tersebut, kita bisa mengambil sebuah makna, bahwa seseorang yang merasa dirinya
bijak, tidak akan muluk berbicara bagaimana mengubah dunia, tetapi justru dia
akan lebih melihat ke dalam dirinya. Merubah diri untuk bisa mengubah dunia,
itu jalannya.
Pada tanggal 31 Oktober 2022, Yayasan Asih
Putera bekerjasama dengan Yayasan Baharu, melaksanakan sebuah seminar
pendidikan bertajuk Personal Transformation dengan tema Perubahan
Besar Dimulai dari Diri Sendiri. Seminar ini menghadirkan seorang
narasumber dari Makasar, yaitu Bapak Syamril, S.T., M.Pd. Beliau adalah
Direktur Sekolah Islam Athirah dan juga Rektor Institut Teknologi dan Bisnis
Kalla, Makasar.
Senang
mendengarkan paparan perjalanan hidup seorang Syamril, yang terus mau berubah
untuk meraih hidup yang lebih baik, bukan semata dalam ukuran materi, namun
juga kaitannya dengan peran yang harus dijalaninya sebagai perintis dan akhirnya
sebagai pucuk pimpinan di beberapa lembaga pendidikan.
Foto kiri ke kanan : Bapak Syamril, S.T., M.Pd., Ketua Yayasan Asih Putera , Plt. Ketua Yayasan Baharu.
Ketika kita berbicara tentang transformasi, apa sebenarnya yang harus ditransformasi dari diri kita atau seseorang? Ketika kita memiliki niat baik untuk mengubah diri, maka itu saja belum cukup. Niat yangbaik harus pula disertai dengan ilmu yang memadai, sehingga perubahan yang kita niatkan dapat terwujud dengan benar sesuai kaidah dan syariah.
Pertama,
cek niat baik kita!
Terlebih dahulu kita perlu mengecek niat baik kita, dengan konsisten melaksanakan DUIT. Akronim DUIT ini memiliki penjabaran panjang, karena selain niat baik sebagai langkah awal, maka harus pula disertai dengan konsistensi dalam DOA, dilaksanakan dalam upaya nyata berupa USAHA yang pantang menyerah, karena ada mau ada jalan, tidak mau banyak alasan. Langkah berikutnya adalah ILMU, setiap niat baik kita yang sudah diawali dengan doa dan usaha, bisa jadi akan sia-sia dan salah kaprah manakala kita tak memiliki ILMU tentangnya. Karenanya sangat penting memiliki ilmu terkait sesuatu yang kita rencanakan dalam niat dan usaha kita. Setelah kita memiliki doa, usaha dan ilmu untuk mengupayakan sebuah transformasi dalam hidup kita, maka kita tak bisa jalan sendirian. Kita butuh teman, kita butuh tim kerja yang solid agar apa yang sudah kita rintis dapat berkembang optimal. Kita butuh dukungan TIM, karena pepatah mengatakan kalau kita ingin jalan cepat, jalanlah sendirian, tetapi jika kita ingin jalan jauh maka jalanlah bersama-sama. Sebuah team work yang memiliki satu haluan dalam visi dan misi, maka akan menjadikan rencana perubahan itu terasa lebih mudah.
Ketika
kita bekerja, maka kuatkan dalam mindset kita bahwa kita bekerja bukan semata untuk
mendapatkan uang, tetapi juga untuk mengamalkan ilmu, membuka kesempatan untuk
bisa bersosialisasi lebih luas, untuk upgrading/mengembangkan skill diri, serta
untuk memperluas link dan komunitas. Lima hal yang harus selalu ada dalam
mindset kita dalam bekerja ini, akan membimbing kita ke arah perubahan yang
lebih baik.
Apa
yang kita cari dalam pekerjaan?
Jika ini
bekerja, maka pasti akan memiliki target capaian tertentu. Apa sesungguhnya
yang kita cari saat bekerja, sukses atau bahagia?
Kita
akan dikatakan sukses dalam pekerjaan, jika ukurannya adalah materi dan mudah
terlihat. Misalnya, keuangan meningkat,
memiliki banyak teman dan relasi, selalu
mampu memberikan kontribusi dalam kiprah kemajuan perusahaan/lembaga, memiliki
kompetensi yang handal dan diakui serta memiliki jenjang karir yang jelas dan
terus meningkat. Ternyata tak melulu sukses secara materi yang ingin kita raih,
tetapi juga ada hal yang bersifat immaterial, yaitu kebahagiaan. Sukses tapi
tak bahagia, tentu bukan itu yang kita harapkan. Setidaknya, ketika kita
bekerja dan merasa bahagia, maka ada kedewasaan dalam pola pikir dan perilaku
kita, kita juga mampu bersikap lebih arif dan bijak, kita bisa merasakan
ketenangan dalam hidup keseharian karena
ada keberkahan dalam pekerjaan kita. Ketika semua tadi bisa kita dapatkan, maka
orientasi kebahagiaan dunia akherat tentu akan kita dapatkan, dalam keabadian
yang hakiki sifatnya.
Apa yang kita cari dalam hidup?
Kita
menjalani kehidupan ini tentu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Pencipta,
karenanya kita harus mampu menjalani kehidupan ini sesuai dengan fitrah dan
skenario-Nya, yag berkaitan erat dengan hak dan kewajiban kita sebagai seorang
hamba.
Jika
dalam hidup ini yang kita cari adalah sukses, maka akan lebih mudah tolok
ukurnya. Harta yang melimpah, yang mampu memenuhi semua kebutuhan bahkan
keinginan kita. Tahta atau kedudukan yang berimplikasi kepada kekuasaan
dan kekuatan kita untuk mengendalikan pihak lain. Ilmu juga bisa menjadi
salah satu tolok ukur sukses dalam hidup, ketika seseorang menjalani beberapa
kali wisuda dalam berbagai jenjang pendidikan, itu bisa menjadi salah satu
indikasi suksesnya seseorang. Lalu keluarga, adalah salah satu alasan
seseorang untuk mau melakukan perubahan. Jika seseorang memiliki keluarga yang
sempurna dan harmonis, maka itu adalah salah satu tolok ukur kesuksesan di dalam
hidup. Ada hal penting yang tidak bisa lepas dari kunci sukses kita dalam hidup
dan dunia kerja, adalah peran sahabat. Karenanya, berhati-hatilah dalam
memilih sahabat, karena ikatan emosional dalam persahabatan itu sangat tinggi,
bahkan kadang mengabaikan akal sehat. Bersahabatlah dengan orang-orang saleh,
itu sebuah nasehat yang sangat bijak, jika kita ingin terbawa saleh.
Kesuksesan di atas belum tentu menjadikan seseorang hidup bahagia. Untuk menjadikan hidup kita bahagia dengan kesuksesan yang sudah kita raih di atas, maka ada syaratnya. Harta yang kita dapatkan harus halal, kita tahu betul dari mana dan bagaimana harta itu didapat serta dibelanjakan. Lalu, kita harus amanah terhadap tahta/jabatan yang kita emban, sekecil apapun jabatan itu. Kemudian ilmu yang kita miliki, haruslah memberi manfaat pada orang lain. Ilmu bukan untuk disembunyikan, tetapi harus dibagikan dan diimplementasikan agar meluas kebermanfaatannya. Terkait dengan keluarga, maka upayakan kita memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah, maka kita akan merasakan bagaimana indahnya surga di dalam rumah, baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Dan yang terakhir adalah terkait peran sahabat dalam bagian kesuksesan kita, hendaklah kita memiliki sahabat yang benar-benar setia dalam suka dan duka. Persahabatan harus dirawat dan dipupuk, agar membawa keberkahan bagi keduabelah pihak. Persahabatan bukanlah saling memanfaatkan, tetapi haruslah menjadi sebuah simbiosa yang saling memberi manfaat dan menguntungkan.
Melalui seminar
personal transformation ini, kita diajak untuk melakukan deep exploration
sehingga sadar betul tentang apa yang dimiliki dan mampu menemukan strategi
yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan seperti pengembangan
diri, tujuan hidup,
perkembangan karir, kesehatan, kehidupan spiritual dan sebagainya.
Jadi pada
prinsipnya, personal transformation ini
memberikan fokus pada perubahan. Masih diperlukan follow up dari seminar ini,
berupa coaching. Coaching ini diberikan bukan bagi orang yang bermasalah,
tetapi bagi mereka yang benar-benar yang mau menggali seluruh potensi diri yang
dimiliki dan menginginkan perubahan dalam hidupnya.*