Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Puasa sebagai Perisai

Ramadhan datang dengan segala keutamaannya. Selama sebulan penuh umat Islam di seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa dengan niat memenuhi perintah Allah. Dalam Islam, selain bernilai ibadah dan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, puasa memiliki banyak keutamaan. Salah satu keutamaan puasa yang diketahui ialah puasa sebagai perisai bagi pelakunya.

Puasa itu pada hakikatnya ialah perisai, bahwa puasa dapat membantu umat Islam untuk menghindari tindakan dan perkataan yang dapat merusak moral serta etika. Orang yang tengah menunaikan puasa itu dengan perisai yang telah ia raih, ia memiliki kemampuan untuk berlatih meninggalkan, mencegah segala bentuk hal-hal yang kotor dan tindakan-tindakan yang tidak memiliki arti.

Imam Al-Bukhari dalam kitabnya meriwayatkan hadits yang artinya,

“Menceritakan kepadaku Abdullah bin Maslamah, dari Malik dari Abiz Zinad dari Al-A’raj dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Puasa merupakan perisai, janganlah kalian berucap kotor dan janganlah melakukan hal yang bodoh. Jika ada seseorang yang mengajak berkelahi atau mencaci maka hendaklah mengucapkan, ‘Saya sedang berpuasa’ –dua kali-. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena-Ku. Puasa milik-Ku dan Aku akan membalasnya. Satu kebaikan bernilai 10 kali lipatannya”. (HR Al-Bukhari).

Makna Puasa sebagai perisai pada hadits di atas menjelaskan  beberapa keutamaan puasa sebagai perintah Allah. Di antaranya, salah satu keutamaan puasa ialah puasa yang diibaratkan sebagai perisai bagi pemiliknya. Lantas apa sebenarnya maksud dari perisai di sini?

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya menjelaskan tiga (3) makna puasa sebagai perisai:

1.       Puasa sebagai perisai dari api neraka.

Disebutkan juga puasa diibaratkan perisai yang digunakan saat berperang untuk melindungi diri dari serangan musuh. Maksudnya ialah karena puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam yang diibaratkan sebagai perisai untuk menjaga diri dari api neraka. 

2.       Puasa sebagai perisai yang menjaga pemiliknya dari syahwat yang melukainya.

Dalam melaksanakan puasa, umat Islam seyogianya (bahkan diharuskan) menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa. Karenanya dalam hadits di atas disebutkan setelahnya larangan untuk berkata kotor maupun berbuat hal bodoh seperti menghina, mencela dan lainnya agar pahala puasa yang dilakukan tidak berkurang apalagi lenyap.

3.       Puasa sebagai perisai dari melakukan dosa dan dari api neraka.

Puasa dikatakan benteng dari melakukan dosa dan api neraka karena dengan berpuasa seseorang menahan dirinya dari ajakan syahwat di mana neraka diliputi oleh syahwat.

         (Ceuceu  Gumilang, diambil dari berbagai sumber)