Sapa Hangat Pak Wali Kota
Oleh: Ceuceu Gumilang
Mengelola sebuah lembaga pendidikan,
banyak sekali suka dukanya. Seperti naik roller coaster saja ibaratnya. Apalagi
saat proses awal, di mana tingkat kepercayaan masyarakat masih sangat sulit di
dapat. Wajar, orang tua tentunya tak ingin coba-coba untuk menyekolahkan
anak-anaknya di lembaga yang baru berdiri.
Namun ketika konsep pendidikan serta visi misi disampaikan, didukung oleh fasilitas dan SDM yang mumpuni, akhirnya kepercayaan masyarakat didapat. Perlahan, berawal dari belasan yang menitipkan pendidikan putera-puterinya di Madrasah Asih Putera, Alhamdulillah hingga saat ini siswa Madrasah Asih Putera totalnya sudah melebihi 1.000 orang, dari mulai tingkat Daycare, TK, MI, MTs hingga MA Multiteknik Asih Putera.
Setiap tahun kelulusan, alumni
Madrasah Asih Putera semakin bertambah. Mereka menyebar, melebarkan kepak
sayapnya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Walaupun untuk tingkat
dasar, sebagian besar alumni tetap melanjutkan ke Madrasah Asih Putera di
tingkat berikutnya.
Menjadi guru itu ibarat orang tua, yang mendidik dengan sepenuh hati anak-anaknya. Yang membedakan hanya dari jumlah. Guru adalah orang tua dengan jumlah anak sangat banyak, sehingga wajar ketika tahun-tahun berlalu sejak kelulusan mereka, guru lupa dengan nama murid-muridnya. Terkadang ingat wajah tak ingat nama, atau sebaliknya.
Sebuah kebahagiaan terbesar bagi seorang guru adalah, manakala mengetahui anak-anak didiknya berhasil meraih sukses, bisa melanjutkan studi mereka dan berhasil dalam menjalani kehidupannya di masyarakat. Ada yang menjadi pengusaha, aparatur pemerintahan, tenaga profesional atau menjadi guru seperti kami gurunya dulu. Semua sangat membanggakan.
Kami tak bisa sendirian mendidik
mereka. Peran orang tua selalu yang pertama dan utama. Sekolah dan orang tua
adalah mitra sejajar dalam proses pendidikan anak-anak, terutama dalam hal
pengembangan karakter dan kepribadian. Pendidikan anak adalah tanggung jawab
bersama. Apalah arti penanaman nilai-nilai kebaikan yang diberikan di sekolah,
jika terjadi pengabaian di rumah, ataupun sebaliknya. Nilai kebaikan harus
berkesinambungan dan konsisten dilaksanakan,
baik di sekolah, di rumah, atau di mana saja. Dan semua proses itu perlu pengawasan serta bimbingan.
Memiliki orang tua siswa yang sangat konsern sekaligus kritis terhadap pendidikan dan dunia tumbuh kembang anak, sangatlah disyukuri. Mereka tak segan memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun, agar semua proses menjadi lebih baik. Orang tua siswa adalah aset terbesar dan sangat menentukan keberlangsungan proses pendidikan di Asih Putera. Kami bangga dan bahagia, ketika orang tua seperti melupakan pangkat dan jabatannya saat mereka datang ke sekolah untuk mengambil rapor atau sekedar bertemu guru anaknya. Mereka meletakkan baju kebesarannya dan memposisikan diri hanya sebagai orang tua siswa.
Itu yang terjadi beberapa waktu lalu. Saat panitia PPDB Madrasah Asih Putera turut berpartisipasi pada sebuah acara Rapat Kerja Ikatan Bidan Indonesia cabang Kota Cimahi, yang bertempat di Techno Park Cimahi. Ketika kami sedang fokus melayani costumer yang tertarik dengan program pendidikan dan pengasuhan anak di Asih Putera, sebuah suara lirih memanggil nama kami.
Masyaa Allah, Ibu Dikdik S. Nugrahawan! Suami beliau saat ini menjadi Penjabat Wali
Kota Cimahi. Mamah Dilan kami memanggilnya, tampak tersenyum ke arah kami. Beliau yang menghampiri
kami didampingi oleh Pak Wali. Cipika-cipiki tak terhindari, terasa betul
kerinduan dalam pelukan itu. Beliau adalah orang tua dua orang siswa alumni
Asih Putera bertahun yang lalu. Bangga,
mereka masih mengingat wajah kami! Haru, menyadari bahwa orang nomor satu di
Kota Cimahi ini masih mengenal guru-guru anaknya.
Sekilas cerita nostalgia penuh tawa, saat kedua puteranya masih menjadi murid di
Asih Putera, mengalir begitu saja. Kalimat-kalimat penggugah semangat untuk
terus menjadi guru yang baik dalam mendidik generasi penerus bangsa,
dilontarkan dari keduanya. Bahkan ketika bagian protokoler berusaha
mengingatkan betapa terbatasnya waktu beliau, beliau masih menyempatkan berfoto
bersama kami dalam beberapa pose.
Terima kasih Pak Wali beserta Ibu
Dikdik S. Nugrahawan, sudah berkenan menyapa kami dengan hangat dan memberikan
motivasi agar tetap semangat dan ikhlas dalam mendidik dengan sepenuh hati. Insyaa
Allah, Cimahi Semangat, Cimahi Ngahiji!*