Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Tantangan Pendidikan Indonesia

Oleh: Admin Ceuceu Gumilang

Sistem pendidikan di Indonesia sedang mendapat sorotan tajam, seiring dengan maraknya pemberitaan di berbagai media. Disinyalir ada ratusan pelajar tingkat SMP-SMA yang mengalami kehamilan di luar nikah di berbagai kota di Indonesia. Tingginya tingkat pernikahan dini di kalangan pelajar sekolah menengah ini, tentu saja menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas fakta menyedihkan ini? Lalu bagaimana dengan peran lembaga pendidikan selama ini? Apakah fakta ini menjadi bukti gagalnya sistem pendidikan di Indonesia?

Ratusan, bahkan jika ditotal bisa menjadi ribuan, pelajar SMP-SMA di Indonesia yang melakukan pernikahan dini karena kasus kehamilan di luar pernikahan. Sungguh jumlah yang sangat fantastis! Dan ini sangat memprihatinkan tentu saja, sekaligus memunculkan pertanyaan tentang keberhasilan sistem pendidikan, terutama pendidikan akhlak dan budi pekerti.

Fenomena pelajar hamil di luar nikah dan melangsungkan pernikahan dini menuai komentar dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas. Menurutnya, ratusan pelajar hamil di luar nikah merupakan kegagalan dalam mendidik anak.

"Dari hal tersebut, kita tahu bahwa kita telah gagal dalam mendidik anak-anak kita dengan akhlak dan budi pekerti yang baik," ujarnya.

Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) harus menjadi bahan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pendidikan secara umum. Kita tidak hanya berbicara tentang kemampuan sain, matematik dan teknologi peserta didik, tetapi juga tentang pendidikan karakter, akhlak dan budi pekerti. Pendidikan tidak boleh hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual tetapi mengabaikan etika dan moral.

Pendidikan adalah Ibu kandung kehidupan.  Menjunjung tinggi pendidikan berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan dan peradaban. 

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 ini, mengusung tema “"Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar"

Apa sesungguhnya yang diharapkan dari tema tersebut? Coba kita telaah.

Bergerak bersama, artinya pendidikan tidak mungkin berdiri sendiri, perlu kolaborasi dan sinergi dengan semua pihak. Tidak hanya parsial menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi orang tua dan  masyarakat harus bergerak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Semarakkan adalah sebagai bentuk semangat bersama, pesan yang terkandung adalah semua pihak harus mendukung terlaksananya pendidikan yang bermutu di Indonesia. Sementara Merdeka Belajar adalah peserta didik diberikan berbagai pilihan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya untuk meraih kesuksesan pada masa depan.

Merdeka belajar, walau setiap anak memiliki hak dan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, namun peran guru sebagai pendidik (bukan hanya pengajar) sangat penting bagi perkembangan karakter dan budi pekerti anak. Pertemanan sebaya (peer group) akan sangat kuat dalam memberikan pengaruh baik ataupun buruk, maka kontrol dari semua pihak (sekolah, orangtua, pemerintah dan masyarakat) sangatlah diperlukan. Jangan segan menegur dan meluruskan, jika melihat ada kecenderungan penyimpangan perilaku pada pelajar. Jangan biarkan keburukan demi keburukan terjadi dan anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang bobrok!

Kita tentu tak ingin lagi mendengar, kesucian Bulan Ramadhan dinodai oleh tawuran perang sarung atau perbuatan sia-sia lainnya yang nota bene banyak dilakukan oleh para pelajar. Miris dan marah rasanya melihat berita terpergoknya pasangan pelajar yang sedang bermaksiat di saat yang lain sedang melakukan salat tarawih, naudzubillah!

Awali dari rumah, bangun iklim kondusif dan berikan keteladanan, agar anak-anak tumbuh dan berjalan sesuai koridor keimanan. Orangtua tetap menjadi yang paling bertanggung jawab atas akhlak anak-anaknya, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas itu semua.  

Kepada para pemangku kebijakan, janganlah hanya disibukkan dengan masalah ekonomi dan politik saja tapi abai terhadap masalah agama dan budaya. Pendidikan moral dan akhlak harus kita tanamkan dengan baik kepada anak-anak kita. Pemerintah, sekolah, keluarga dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan yang bermuara pada kemuliaan akhlak dan budi pekerti peserta didik. Mari bergerak bersama, semarakkah merdeka belajar demi bertumbuhnya generasi yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia!*