
Tantangan Pendidikan Indonesia
Oleh: Admin Ceuceu Gumilang
Sistem pendidikan di Indonesia sedang mendapat sorotan
tajam, seiring dengan maraknya pemberitaan di berbagai media. Disinyalir ada ratusan
pelajar tingkat SMP-SMA yang mengalami kehamilan di luar nikah di berbagai kota
di Indonesia. Tingginya tingkat pernikahan dini di kalangan pelajar sekolah
menengah ini, tentu saja menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Siapa
sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas fakta menyedihkan ini? Lalu bagaimana
dengan peran lembaga pendidikan selama ini? Apakah fakta ini menjadi bukti
gagalnya sistem pendidikan di Indonesia?
Ratusan, bahkan jika ditotal bisa menjadi ribuan, pelajar SMP-SMA
di Indonesia yang melakukan pernikahan dini karena kasus kehamilan di luar
pernikahan. Sungguh jumlah yang sangat fantastis! Dan ini sangat memprihatinkan
tentu saja, sekaligus memunculkan pertanyaan tentang keberhasilan sistem pendidikan,
terutama pendidikan akhlak dan budi pekerti.
Fenomena pelajar hamil di luar nikah dan melangsungkan
pernikahan dini menuai komentar dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Anwar Abbas. Menurutnya, ratusan pelajar hamil di luar nikah merupakan
kegagalan dalam mendidik anak.
"Dari hal tersebut, kita tahu bahwa kita telah gagal
dalam mendidik anak-anak kita dengan akhlak dan budi pekerti yang baik,"
ujarnya.
Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) harus menjadi
bahan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pendidikan secara umum. Kita tidak
hanya berbicara tentang kemampuan sain, matematik dan teknologi peserta didik,
tetapi juga tentang pendidikan karakter, akhlak dan budi pekerti. Pendidikan
tidak boleh hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual tetapi mengabaikan etika
dan moral.
Pendidikan adalah Ibu kandung kehidupan. Menjunjung tinggi pendidikan berarti
menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan dan peradaban.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 ini,
mengusung tema “"Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar"
Apa sesungguhnya yang diharapkan dari tema tersebut? Coba
kita telaah.
Bergerak bersama, artinya pendidikan tidak mungkin berdiri
sendiri, perlu kolaborasi dan sinergi dengan semua pihak. Tidak hanya parsial
menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi orang tua dan masyarakat harus bergerak untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Semarakkan adalah sebagai bentuk semangat bersama, pesan
yang terkandung adalah semua pihak harus mendukung terlaksananya pendidikan
yang bermutu di Indonesia. Sementara Merdeka Belajar adalah peserta didik
diberikan berbagai pilihan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya untuk meraih
kesuksesan pada masa depan.
Merdeka belajar, walau setiap anak memiliki hak dan
kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, namun peran guru sebagai
pendidik (bukan hanya pengajar) sangat penting bagi perkembangan karakter dan
budi pekerti anak. Pertemanan sebaya (peer group) akan sangat kuat dalam
memberikan pengaruh baik ataupun buruk, maka kontrol dari semua pihak (sekolah,
orangtua, pemerintah dan masyarakat) sangatlah diperlukan. Jangan segan menegur
dan meluruskan, jika melihat ada kecenderungan penyimpangan perilaku pada
pelajar. Jangan biarkan keburukan demi keburukan terjadi dan anak-anak kita tumbuh
menjadi generasi yang bobrok!
Kita tentu tak ingin lagi mendengar, kesucian Bulan Ramadhan
dinodai oleh tawuran perang sarung atau perbuatan sia-sia lainnya yang nota
bene banyak dilakukan oleh para pelajar. Miris dan marah rasanya melihat berita
terpergoknya pasangan pelajar yang sedang bermaksiat di saat yang lain sedang melakukan
salat tarawih, naudzubillah!
Awali dari rumah, bangun iklim kondusif dan berikan
keteladanan, agar anak-anak tumbuh dan berjalan sesuai koridor keimanan. Orangtua
tetap menjadi yang paling bertanggung jawab atas akhlak anak-anaknya, kelak
Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas itu semua.
Kepada para pemangku kebijakan, janganlah hanya disibukkan
dengan masalah ekonomi dan politik saja tapi abai terhadap masalah agama dan
budaya. Pendidikan moral dan akhlak harus kita tanamkan dengan baik kepada
anak-anak kita. Pemerintah, sekolah, keluarga dan masyarakat harus bersinergi
untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan yang bermuara pada kemuliaan akhlak
dan budi pekerti peserta didik. Mari bergerak bersama, semarakkah merdeka
belajar demi bertumbuhnya generasi yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia!*