Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Urgensi Pendidikan Karakter (2)

Oleh: Abdullah Syifaa Buana, Bunyamin Maftuh (Program Studi Pendidikan Umum dan Karakter, UPI)

 HASIL DAN PEMBAHASAN

Para pakar telah membahas tentang keterampilan dalam melakukan wirausaha maupun keterampilan dalam melakukan inisiatif. Keterampilan inisiatif adalah kemampuan untuk mengambil tindakan tanpa menunggu instruksi atau arahan dari orang lain. Orang-orang yang memiliki kemampuan ini dapat menemukan peluang, mengatasi tantangan, dan menciptakan solusi baru (Knowles,1975). Malcolm Knowles (1975) memberikan salah satu definisi pembelajaran mandiri yang paling awal dan paling banyak diadopsi. Dalam pandangannya, pembelajaran mandiri terdiri dari proses lima langkah: Individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk pembelajaran, memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar.

Selanjutnya terdapat banyak pengertian entrepreneurship menurut para pakar dari berbagai bidang dan latar belakang. Berikut ini adalah beberapa contoh pengertian entrepreneurship menurut para pakar:

1.     Menurut Thomas W. Zimmerer (2005), entrepreneurship adalah penerapan inovasi dan kreasi untuk memecahkan masalah serta memanfaatkan peluang yang dihadapi orang lain setiap hari.

2.     Pengertian entrepreneurship menurut Kasmir (2012) adalah jiwa pemberani yang berani mengambil risiko untuk membuka usaha dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

3.     Menurut Peter F. Drucker (1986) pengertian entrepreneurship adalah kemampuan untuk membuat atau membuat sesuatu yang baru dan berbeda

Dari beberapa pendapat pakar di bidang manajemen dan kewirausahaan ini, penulis setuju dengan ketiganya dan menyimpulkan ada beberapa komponen dalam karakter wirausaha yaitu inovasi, kreasi, memecahkan masalah, memanfaatkan peluang, berani mengambil risiko, dan kemampuan untuk membuat atau membuat sesuatu yang baru dan berbeda.

Mengapa Inisiatif dan Kewirausahaan penting diajarkan di abad ke-21?

Kewirausahaan yang didukung oleh kebijakan negara dalam hal kemudahan investasi, iklim usaha yang kondusif, dan mudahnya akses permodalan, dapat memberikan dampak yang positif bagi negara tersebut. Dampak yang dapat dirasakan diantaranya adalah bertumbuhnya ekonomi negara. Darwanto (2012) dalam artikelnya menuliskan bahwa Schumpeter (1934) salah satu ekonom pengagas teori pertumbuhan ekonomi menyatakan entrepreneur / wirausahawan mempunyai andil besar dalam pembangunan ekonomi melalui penciptaan inovasi, lapangan kerja, dan kesejahteraan.

Dunia usaha yang dibangun entrepreneur akan mendorong perkembangan sektor-sektor produktif. Semakin banyak suatu negara memiliki entrepreneur, maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan semakin tinggi. Dengan demikian, teori ini dapat menjawab pertanyaan penelitian tentang pentingnya keterampilan inisiatif dan kewirausahaan diajarkan kepada siswa, karena positifnya pengaruh wirausaha terhadap pembangunan ekonomi negara. 

Lebih rinci lagi, hasil penelitian dari Zoltan Acs (2006) untuk memperkirakan hubungan antara rasio kewirausahaan berbasis peluang-kebutuhan dan pendapatan suatu negara. Meskipun terjadi fluktuasi, terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan dan rasio kewirausahaan. Dengan kata lain, negara-negara di mana lebih banyak kewirausahaan dimotivasi oleh faktor peluang ekonomi (wirausaha mapan) yang diakui dibandingkan dengan faktor kebutuhan mendesak (wirausaha pemula), memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Grafik menyediakan beberapa bukti atas pertanyaan yang diajukan di awal esai ini, dengan asumsi kita memiliki jenis kewirausahaan yang tepat.

Dengan demikian, penulis setidaknya bisa memberikan jawaban tentatif atas pertanyaan: “Bagaimana kewirausahaan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi?”

Jawabannya jelas bergantung pada apa yang dimaksud dengan berwirausaha. Jika yang satu berarti wirausaha / wiraswasta pemula (self-employed), baik di bidang pertanian atau skala industri yang sangat kecil, maka dalam banyak kasus kewirausahaan tidak akan mengarah pada pembangunan ekonomi karena tidak ada mekanisme yang menghubungkan kegiatan tersebut dengan pembangunan. Faktanya, kita tahu bahwa wiraswasta pemula menurun seiring dengan semakin majunya perekonomian. Hal ini hanya bisa dilakukan jika perekonomian mampu melakukannya, yakni menghilangkan orang dari wiraswasta kemudian menjadi pekerja di industri skala besar sehingga kita mulai melihat peningkatan dalam pembangunan.

Kutipan Adam Smith, ketika pembagian kerja meningkat, maka pertumbuhan ekonomi pun meningkat. Data yang dipaparkan oleh Zoltan Acs (2006) dengan jelas menunjukkan bahwa rasio kewirausahaan berbasis peluang dan kebutuhan merupakan indikator kunci pembangunan ekonomi. Ketika semakin banyak penduduk yang terlibat dalam peluang kewirausahaan (wirausaha mapan/ industri besar) dan semakin banyak orang yang meninggalkan kewirausahaan karena kebutuhan (wiraswasta pemula), semakin kita melihat peningkatan tingkat pembangunan ekonomi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat terlihat bahwa kewirausahaan, terutama yang sudah mapan berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pendapatan suatu negara.

Global Entrepreneurship Monitor (GEM) Report (2004) melaporkan analisis tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi cenderung fokus pada perusahaan besar dan mengabaikan kontribusi inovasi dan kompetisi yang dilakukan oleh start-up kecil pada perekonomian secara keseluruhan. Tidak seperti kebanyakan studi pada umumnya, model konseptual di balik Global Entrepreneurship Monitor (GEM) mengambil pendekatan komprehensif dan mempertimbangkan kontribusi ekonomi dari seluruh dunia usaha dalam suatu negara. Secara khusus, GEM menganggap pertumbuhan ekonomi nasional merupakan hasil dari dua rangkaian paralel kegiatan yang saling terkait.

• Yang terkait dengan perusahaan yang sudah mapan

• Yang berkaitan langsung dengan proses kewirausahaan

                 Bagi perusahaan besar, kemampuannya dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional dilandasi oleh kondisi bisnis secara umum, spesifik untuk masing-masing negara. Perusahaan-perusahaan ini mempengaruhi pertumbuhan perekonomian terutama melalui pembangunan perusahaan baru, yang pada gilirannya menciptakan peluang lapangan kerja. Apalagi bila bangunan yang sudah tua (misalnya, pabrik tua) digantikan, dan teknologi baru digunakan, sehingga menghasilkan peningkatan produktivitas. Lembaga baru yang mempunyai dampak positif terhadap perekonomian nasional dengan cara ini dapat dibangun oleh perusahaan domestik atau oleh perusahaan multinasional.*