
WORLD CUP 2022: ISLAM PEMENANGNYA
Oleh: Edi S. Ahmad
Saya jarang menggunakan judul
panjang, tapi kali ini pengecualian. Saya juga dengan sadar menunda topik lain
untuk menulis topik ini terlebih dahulu. Artikel ini ditulis menjelang
pertandingan semifinal antara Argentina melawan Kroasia, dan Perancis melawan
Maroko. Argentina dan Perancis adalah favorit juara, sementara Kroasia dan
Maroko keduanya adalah kuda hitam yang mengejutkan.
Sambil menunggu hasil akhir Piala Dunia ini, menarik untuk membincangkan apa yang terjadi di balik pertandingan-pertandingan itu. Setelah dikejutkan dengan lantunan Alqur’an dalam rangkaian upacara pembukaannya, masyarakat dunia melalui warta yang disampaikan para netizen dapat merasakan kehangatan sambutan masyarakat Qatar dan budayanya.
Perhelatan akbar empat tahunan
ini diawali dengan berbagai kontroversi sejak Qatar terpilih sebagai tuan rumah
Piala Dunia 2022 pada tanggal 12 Desember 2010. Qatar memenangkan proses
pemilihan itu karena menjanjikan gelontoran dana sebesar Rp 3.130 triliun atau
3,13 kuadriliun. Padahal pesaing kuatnya saat itu adalah negara adidaya,
Amerika Serikat.
Dana sebesar itu digunakan untuk membangun fasilitas yang diperlukan, termasuk di dalamnya delapan stadion sepakbola yang indah dan megah. Dalam proses pembangungan fasilitas yang dimulai pada 2015, media Barat menuding ada lebih dari 6000 pekerja yang meninggal. Namun dalam laporannya, komite penyelenggara menyebut hanya 37 pekerja yang meninggal yang terkait langsung dengan pembangunan stadion Piala Dunia.
Serangan Barat yang kemudian paling disorot dunia adalah ketika Qatar melarang segala bentuk kampanye yang berbau LGBT. Padahal sudah ada tujuh tim yang merencanakan akan menggunakan ban kapten One Love di lengannya, simbol dukungan terhadap LGBT. Mereka adalah Timnas Jerman, Wales, Belgia, Denmark, Inggris, Belanda, dan Swiss. Sejak itu, media Barat dipenuhi dengan berita miring tentang Qatar.
Rupanya biaya mahabesar yang
dikeluarkan Qatar tidaklah sia-sia. Sejumlah netizen yang hadir di perhelatan
itu mulai buka suara. Para fans atau penggembira timnas yang datang dari
seluruh dunia memberikan kesaksian yang tulus melalui vlog yang mereka unggah
di media sosial. Mereka mengungkapkan rasa takjub dan kebahagiaannya atas
keramahan dan fasilitas melimpah yang mereka dapatkan. Beberapa vlogger mengaku
dapat berhemat karena mereka memilih bermalam di hotel cabin yang sekelas
dengan hotel berbintang. Apa yang disebut hotel cabin itu tampaknya semacam
peti kemas berderet dua yang disatukan. Panitia menyebutnya Fan Village
Cabin.
Seorang penggembira dari
Australia mendapatkan pengalaman yang berbeda, ketika mengunggah di IG-nya
situasi yang dihadapinya di hari pertama tiba di Qatar. Ia kesulitan untuk
bermalam di hotel, dan berniat untuk berkemah di pantai. Tidak lama kemudian
seseorang menawarinya untuk berkemah di tempat perkemahan keluarga miliknya.
Bahkan dia dijemput di satu titik dan membawanya sejauh 60 km ke luar kota. Ia
merasa takjub dengan fasilitas bermalam yang didapatnya, dan keramahan warga
Qatar.
Di kesempatan berikutnya, Irwin,
pria Australia itu mendapatkan pengalaman unik lainnya. Saat ia menyebrang
jalan sepulang dari stadion, ia disapa oleh seseorang dari dalam mobil,
mengucapkan terima kasih atas kunjungannya ke Qatar dan menyalaminya. Seseorang
kemudian memberi tahu kepadanya bahwa pria di dalam mobil itu adalah Raja
Qatar, Tamin Al Thani.
Irwin dari Australia, Davo dari Inggris, dua diantara sekian vlogger yang merasakan pengalaman yang berbeda dari yang diceritakan media Barat. Keduanya bahkan bertekad untuk mengkonter berita-berita yang dipandangnya menyesatkan. Mereka menjadi saksi mata bagaimana persaingan di lapangan tidak menghalangi para fans-nya untuk berbaur dan menyatu dalam acara-acara budaya yang dihelat penduduk setempat. Suasana ini hampir pasti tidak akan didapati, sekiranya minuman alkohol dapat dikonsumsi bebas.
Qatar menggelontorkan dana
mahabesar itu memang tidak hanya untuk tujuan sepakbola. Mereka menyiapkan
hal-hal detil untuk menyambut para tamu dan penggembira serta mengenalkan
mereka pada Islam. Lihatlah di setiap sudut keramaian dan fasilitas publik,
kutipan ayat Alqur’an dan hadits diterakan. Di bangku-bangku penonton di setiap
stadion, disiapkan merchandise untuk dibawa pulang, dan diantara isinya
adalah informasi tentang Islam. Begitupun di setiap kamar hotel, termasuk
adanya QR code untuk informasi lebih lanjut.
Masjid-masjid dibuka untuk menerima kunjungan para tamu. Mereka menyiapkan 2000 petugas dengan kemampuan beragam bahasa untuk menjelaskan Islam. Diberitakan bahwa ada lebih dari 500 tamu yang menjadi mualaf, dan tentu lebih banyak lagi yang mulai terbuka hatinya tentang agama yang paling pesat pertumbuhannya ini.
Relawan asal Suriah Ziad Fateh
mengatakan, Piala Dunia adalah "kesempatan untuk memperkenalkan Islam
kepada jutaan orang" dan mengubah "kesalahpahaman" tentang
agama, yang seringkali dikaitkan dengan radikalisme oleh banyak orang di Barat.
"Kami menjelaskan kepada orang-orang lebih banyak tentang etika,
pentingnya ikatan keluarga, menghormati tetangga dan orang-orang
non-Muslim," tambahnya.
Sultan bin Ibrahim Al Hashemi,
seorang profesor syariah atau hukum Islam di Universitas Qatar yang mengepalai
stasiun radio Voice of Islam, mengatakan Piala Dunia harus digunakan untuk
menemukan mualaf baru serta melawan Islamofobia. "Jika ada kesempatan,
saya akan menawarkan mereka masuk Islam dengan mudah dan anggun, dan jika saya
tidak menemukan kesempatan, saya akan memberi tahu mereka bahwa kalian adalah
tamu kami dan saudara-saudara kami dalam kemanusiaan."
Seorang pejabat di kementerian
wakaf agama Qatar mengatakan kepada AFP bahwa tujuan negara itu bukanlah
"jumlah orang yang masuk Islam, melainkan jumlah orang yang mengubah
pendapat mereka tentang Islam." Dan gayung bersambut. "Ini adalah
kesempatan yang baik untuk belajar lebih banyak tentang Islam," kata Petr
Lulic, seorang warga Kroasia berusia 21 tahun di Qatar bersama keluarganya.
Seperti kata pepatah, “kebenaran
akan menemukan jalannya sendiri,” begitulah barangkali Islam di tengah tudingan
media Barat. Jadi sebelum kita tahu siapa juara dunianya, Islam telah menang di
World Cup 2022 ini.
Walaupun begitu, tetaplah berdoa untuk Timnas Maroko. Bagaimanapun, dunia telah jatuh hati pada mereka.*
KBB, 14 Desember 2022/20 Jumadil Awwal 1444 H
Edi S. Ahmad (Ketua Yayasan Asih Putera)