6 Hal yang Bisa Mempengaruhi Jiwa Manusia
CIMAHI –
Pengajian karyawan Yayasan Asih Putera bulan September 2024 menghadirkan narasumber
K.H. Dedi Mulyadi yang memberikan taushiyah tentang dasar pendidikan Islam dan
hal-hal yang akan mempengaruhi jiwa manusia dalam menjalani kehidupannya di
dunia.
Bahwa,
dalam proses pendidikan seorang guru hendaknya bukan sekedar menyampaikan
materi ilmu pengetahuan (mualim) tetapi harus berperan sebagai seorang Murobbi,
yaitu bukan hanya sekedar menjalan tugas struktural guru namun juga turut
mengajak anak-anak didik kita untuk mengabdi dan diarahkan ketaatannya kepada
Allah SWT.
Ada 3
hal yang mendasari pendidikan Islam, yaitu Minallah (atas dasar perintah
Allah), Alallahu (sesuai syariat Allah dalam pelaksanaannya), dan Ilallah
(semata-mata mencari ridho Allah).
Dalam
perjalanannya, akan ada bisikan-bisikan yang membawa manusia ke arah kemusyikan
atau ketaqwaan, tergantung bagaimana manusia itu menyikapinya.
Ada 6
hal yang bisa memperngaruhi jiwa manusia, 5 hal yang bisa membawa ke arah
kefasikan dan 1 hal bisikan yang bisa mengarah kepada ketakwaan, yaitu:
1.
IBLIS
Iblis adalah makhluk yang senantiasa akan
menggoda manusia untuk menentang dan berpaling dari aturan yang sudah
ditetapkan Allah. Fokus bisikan Iblis yang diserang adalah ketaatan manusia,
karena puncaknya ibadah adalah ketaatan.
Kisah Nabi Adam yang diturunkan ke bumi karena
tergoda bisikan Iblis adalah sebuah contoh pertama bagaimana kukuhnya Iblis
menggoda manusia.
Jika umat manusia mudah tergoda oleh bisikan Iblis,
maka kehancuran akan datang. Setidaknya ada beberapa tanda kehancuran umat
manusia yang harus kita resapi, apakah kita ada di dalamnya?
a.
Suka
melakukan sesuatu yang kita tidak tahu, padahal seseorang itu harus menguasai
ilmu sebelum dia berkata dan beramal.
b.
Tidak
mengamalkan apa yang kita tahu. Kita paham bahwa salat tahajud itu sangat
istimewa kedudukannya di mata Allah, namun kita tidak melaksanakannya.
c. Tidak mau tahu dan tidak mau beramal. Sikap orang keras kepala yang tidak mau tahu, tidak mau diberi tahu dan juga tidak mau beramal senyatanya telah hancur jiwanya.
2.
NAFSU
Yang dihancurkan oleh nafsu adalah nurani
kemanusiaan, sehingga manusia bisa lebih jahat dari binatang. Padahal dalam sebuah
peribahasa, segalak-galaknya harimau tidak pernah memakan anaknya sendiri.
Namun manusia sanggup melakukan itu!
Ada 3 jenis nafsu yang ada pada diri setiap
manusia, yaitu:
a.
Nafsu
Amarah
b.
Nafsu
Lawannah
c. Nafsu Muthmainnah
3.
AL
HAWA
Al Hawa adalah bisikan yang menyerang kewarasan
akal manusia. Ketika hawa sudah mempengaruhi manusia maka dia akan kehilangan
akalnya persis seperti orang dengan gangguan jiwa (baca gila). Akibatnya jelas
sangat fatal, jika akal sudah dikuasai hawa maka akan celaka!
Sungguh beruntung manusia yang akalnya masih bisa menguasai hawa. Sungguh celaka manusia yang hawa nafsunya mampu menguasai akalnya. Jika hawa telah mengalahkan kebenaran maka akan menjadi kehancuran langit dan bumi.
4.
AL
AQDHO
Al Aqdho adalah godaan atau bisikan yang
datangnya dari anggota tubuh kita sendiri. Godaan melalui mata lewat pandangan,
telinga lewat pendengaran, bibir lewat perkataan dan lain-lain. Anggota tubuh kita yang tadinya menjadi alat
untuk meningkatkan ketakwaan tetapi
justru menjadi memalingkannya.
Contoh Al Aqdho adalah berghibah, membicarakan orang lain dan mengumbar aibnya.
5. DUNIA
Dunia itu dimaknai rasanya manis dan warnanya
hijau. Manis adalah simbol keistimewaan
rasa, contoh manisnya perjuangan. Hijau adalah simbol keistimewaan warna,
contoh keindahan gunung yang berwarna hijau dari jauh.
Seringkali manusia terpalingkan oleh urusan dunia dan melupakan Allah. Menghabiskan waktu untuk mengejar urusan dunia dan melupakan urusan akhirat, lupa dengan kematian. Padahal Kullu nafsin daa iqotul mauut, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.
6. HIDAYAH
Hidayah adalah bisikan yang datangnya dari
Allah, yang akan membawanya ke arah ketakwaan. Pengaruh kebaikan yang datangnya
dari Allah akan membawa ke surga-Nya.
Untuk menguatkan keimanan hendaknya bukan hanya melakukan hal-hal yang sifatnya seremonial atau ritual, tetapi yang sangat diperlukan adalah keistiqiomahan.
Kalau kita beribadah hanya sebatas jasmani saja tanpa ada korelasi dengan hati maka kita tidak bisa sendiri, kita butuh bantuan orang lain yang mampu mengarahkan dan membimbing agar hati kita tetap berdzikir kepada Allah.
Sebagai
seorang guru kita pun harus tetap belajar, tholabul ‘ilmi. Kita tidak boleh
merasa cukup dengan ilmu yang kita punya, karena kewajiban menuntut ilmu itu
sampai ke akhir hayat. Harus kita sempurnakan ilmu hakekat dan tarekatnya untuk
sampai kepada tingkatan ma’rifat.* (Ceuceu Gumilang)