Karakter
Adriano
Rusfi
Senja
ini, di atas sebuah bus malam aku ditemani lantunan-lantunan tembang indah dari
layar kaca. Aku kenal suara dan wajah itu, suara yang selalu saja sempurna
melantun-ulang tembang diva-diva dunia : Celline Dion, Whitney Houston, Mariah
Carey, atau lainnya... Rentang nadanya lebar, suaranya bening. Dan yang aku
suka : dia berkerudung!
Lalu aku
bertanya kepada hati : bisa menjadi apa dia kelak ? Akan menjadi seperti para
diva itu ? Dan tiba-tiba saja aku berang dengan jawaban terlalu spontan dari
hatiku, jawaban yang setengah ketus : "Menjadi penyanyi kafe yang digemari
!!!"
"Ah, kenapa bisa cuma segitu ?", aku membatin bertanya. Jawaban barusan bagiku bernada pelecehan.
"Dia
cuma seorang peniru, Tuanku. Dia menyanyi sambil tenggelam dalam penyanyi dan
lagu yang ia lantunkan... Bukankah dia hanya sekadar mereproduksi tembang
sepersis aslinya?"
"Trus,
kenapa dia lakukan itu ?" Aku masih bersungut, tapi mulai mengerti….
"
Ia tak membangun karakternya sendiri. Kalau meniru istilah Tuanku, ia tak
melakukan internalisasi dan "guefikasi" atas lagu yang ia nyanyikan.
Tak ada ruh di dalamnya, tanpa improvisasi.”
Ah,
sudahlah... Tampaknya kata hatiku benar. Lagu yang dinyanyikan tanpa diwarnai
oleh karakter Sang Pelantun, bagaikan masakan enak tanpa aroma. Beda dengan
Beethoven, setiap komposisinya sangat Beethovenin. Tanpa disebut nama Mozart
pun, karakter nadanya sudah bercerita bahwa itu karya Mozart, sangat Mozartian.
Atau seperti seorang Alip Ba Ta, setiap petikannya memiliki ruh.
Ya, karakter memang seharusnya mendahului kompetensi, agar karakter mewarnai kompetensi. Maka, sering aku berteriak pada ayah bunda : "Character Building first, capacity building next". Tapi sayang ayah bunda lebih sering mencekoki anak dengan les ini dan kursus itu, saat usia anak menghajatkan character building.
Dan
mungkin itu pula yang menyebabkan para malaikat dianggap tak layak memimpin
bumi, karena hanya bisa mereproduksi : "Kami tak tahu apa-apa, kecuali
sebatas yang diajarkan kepada kami" (QS 2 : 32).
Memimpin
bumi membutuhkan kreasi, tak cuma reproduksi : sesuatu yang baru. Dan itu butuh
karakterisasi, keunikan... sesuatu yang GUE banget!*
Rosalia
Indah
7
September 2022