
Membentengi Anak dari Pornografi dan LGBT
Oleh: Indari Larasati H.,
M.Psi., Psikolog (Sie Rohani POM MI Asih Putera)
Pornografi bisa menjadi ancaman
bagi anak dan remaja, karena terdapat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan
mental, hingga kehilangan masa depan. Di tengah era digital sekarang,
di mana akses menuju situs-situs dewasa begitu banyak dan terbuka lebar, maka
diperlukan peran ekstra dari orang tua, sekolah dan masyarakat dalam
pengawasannya.
Era digital memaksa anak-anak
yang belum saatnya tahu menjadi tahu, akhirnya memunculkan rasa penasaran untuk
mencoba dan bahkan menjadi kebiasaan yang berujung pada kecanduan. Bukan hanya
pornografi yang harus diwaspadai, tetapi juga LGBT. Banyak negara menjadi
sangat permisif bahkan memberi ruang dan pengakuan terhadap mereka yang
jelas-jelas telah menentang kodratnya.
Dalam rangka membentengi
anak-anak dari pengaruh buruk pornografi dan LGBT, belum lama ini POM MI Asih
Putera telah mengadakan sebuah acara parenting seminar yang sangat menarik dan penting,
yaitu terkait bagaimana membentengi anak-anak dari pronografi dan LGBT.
Seminar parenting ini ditujukan untuk
seluruh orangtua murid MI dan guru, menghadirkan seorang narasumber yang sangat
berdedikasi dengan masalah ini, yaitu Bunda Imas Karyamah, S.Ag. M.Pd.
Beliau adalah seorang penceramah dan juga motivator yang kerap mengisi acara
pengajian-pengajian dan juga seminar.
Bahaya Pornografi dan LGBT Bagi
Anak
Pornografi dapat merusak 5 titik
di otak anak. Hal ini membuat anak menjadi susah belajar.
Pada saat anak menonton
pornografi bukan hanya pangkal otak anak yang rusak, tetapi otak bagian depan
yang ada di tengah-tengah kedua alis sebagai sense of moral pun rusak.
Hal ini membuat anak tidak bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik.
Bahaya pornografi bagi anak-anak,
mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan
masa depan. Tak bisa dibayangkan, anak-anak akan kehilangan masa depannya
karena fungsi otaknya sudah sangat berkurang bahkan rusak sama sekali. Padahal
dalam Alquran dijelaskan, bagian paling mendasar yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah akalnya/otaknya!
Saat ini, konten pornografi masuk
melalui media sosial. Oleh karena itu, dalam menggunakan media sosial anak
perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua.
Salah satu ciri-ciri anak yang pernah terpapar konten pornografi adalah ketika dipanggil ia susah menyahut meski sudah diteriaki berkali-kali oleh orang tuanya. Apabila anak sudah kecanduan pornografi, ketika diajak berbicara ia tidak mau menjaga eye contact dengan orang tua.
Permulaan seseorang menyukai
sesama jenis karena adanya rasa nyaman dan kedekatan dengan sesama jenis,
sedangkan lawan jenis dirasa kurang memberikan hal tersebut. Tak hanya LGBT, tetapi
saat ini sudah bertambah satu huruf menjadi LGBTQ.
Sebagaimana kita ketahui, LGBT
adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Lalu apa artinya
Q? Q adalah singkatan dari Queer, yaitu satu kondisi dimana seseorang merasa
dirinya bukan laki-laki atau perempuan.
LGBTQ merupakan penyakit menular
secara moral. Karena namanya penyakit, maka selai berpotensi untuk menularkan
maka ada pula potensi untuk dapat disembuhkan.
Antisipasi agar anak tidak terjerumus
ke dalam pornografi dan LGBT
1.
Pentingnya menjaga kesucian diri dan memelihara
kemurnian agama serta kehormatan diri pada anak.
Saat anak dititipkan ke orang lain, orang tua jangan
melepas begitu saja tanpa ada perhatian. Anak-anak diajarkan untuk berpakaian
tertutup, anggota badan yang paling vital harus tertutup.
2.
Menjaga kesucian diri
Menghindari segala bentuk tindakan yang merusak
moralitas yang dapat membuat seseorang berperilaku LGBT. Dalam Islam anak dan
orang tua harus dipisah kamarnya. Tempat tidur anak dan orang tua harus dipisah
apabila satu kamar. Paling tidak orang tua dan anak tidak boleh satu bantal dan
satu selimut. Mandi tidak boleh bersama-sama antara anak dan orang tua yang
berbeda jenis kelamin.
3.
Meningkatkan iman dan takwa
Sering-seringlah mengajak anak-anak mengikuti atau
mendengarkan kajian Al Quran dan hadis
4.
Mengajarkan sex edukasi pada anak
Islam mengajarkan agar orang tua memberikan seks
edukasi pada anak. Anak harus bisa membedakan mana ranah yang super privasi
mana yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat orang lain, serta mana ranah
yang haram dilihat orang lain. Sex edukasi mengajarkan anak mengenai siapa
dirinya. Mengajarkan anak bagaimana berperilaku seuai dengan kodratnya, bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan
berperilaku. Mengajarkan anak menyayangi dirinya dengan kajian-kajian kecil
agar mereka tahu kodratnya.
5.
Mengingatkan anak dengan lembut apabila
melakukan kesalahan
6.
Menjauhkan anak dari lingkungan LGBT
Tips bagi orang tua dalam berelasi dengan anak
harus CARE
1.
Comunication
Sering
mengobrol dengan anak terutama saat anak pulang sekolah. Anak jangan sampai
kehilangan figur ibu karena kurang komunikasi dengan ibunya. Anak kurang
komunikasi dengan ibu karena merasa ibunya sering marah-marah. Sering bertanya
pada anak untuk menjalin komunikasi. Dalam Al Quran ada 7 adab komunikasi. Mintalah
maaf pada anak, khawatir orang tua berkata-kata yang tidak baik sehingga
terekam oleh anak dan menjadikan anak cenderung untuk berperilaku tidak sesuai
dengan kodratnya. Memberikan nasihat
terbaik pada saat anak mau tidur. Hindari kata-kata negatif pada saat anak mau
tidur karena nanti akan terekam kuat sampai anak tidur pulas atau deep sleep.
Ini merupakan teknik hipnoterapi pada anak.
2.
Attention
Memperhatikan saat anak berbicara atau bercerita. Saat
anak memanggil segera jawab, jangan lama merespon ataupun marah.
3.
Relation
Membina relasi dengan anak, jadikan anak teman bukan
saingan. Menjalin komunikasi dan memperhatikan anak saat berbicara merupakan
cara untuk membina relasi dengan anak.
4.
Emotion
Memberikan dan memperlihatkan rasa kasih sayang pada anak.
Secara medis, anak-anak harus
dicukupi kandungan nutrisi dalam makanannya. Perhatikan kebutuhan makanan untuk
tumbuh kembang mereka, agar secara fisik mereka sehat dan kuat. Berikan anak
makanan pisang, pepaya, apel, dan pir untuk pemulihan otak yang rusak
ketika anak dibentak oleh orangtua.
Hindari bentakan dan celaan pada
anak, karena anak yang dibesarkan dengan celaan, maka dia akan tumbuh menjadi
anak yang tidak percaya diri.***