Mendekatkan Anak dengan Alam sebagai Self Healing yang Ampuh
Oleh: Handi
Komara, S.Pd.I (Guru Kelas V MI Asih Putera)
Masa pandemi
membuat anak-anak menjadi statis. Baik oleh terlalu banyaknya interaksi mereka
dengan gawai, berkurangnya aktivitas di luar, tidak adanya pendampingan dari
guru, seringnya anak ditinggal oleh orang tuanya karena harus work from office, dan lain sebagainya.
Selain menjadi
statis, anak-anak juga menjadi learning
loss. Yaitu hilangnya aktivitas belajar yang mengakibatkan berkurangnya
jatah pengetahuan dan kemampuan siswa yang seharusnya didapat. Anak-anak juga
kehilangan pengalaman belajar dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman
sebayanya.
Setelah berjuang
selama dua tahun, akhirnya anak-anak mulai diperbolehkan untuk belajar dengan
bertatap muka secara langsung dengan guru dan diperbolehkan untuk berinteraksi
dengan teman-temannya. Meski memang masih bertahap dan harus menyesuaikan diri
dengan protokoler kesehatan.
Sebenarnya untuk
mengobati kestatisan dan learning loss anak-anak
bisa menggunakan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mendekatkan mereka
pada alam.
Alam ini
maksudnya adalah berbagai bentuk kenampakan yang terbentuk begitu saja secara
alamiah. Kenampakan tersebut dapat berupa gunung, bukit, pantai, laut, sungai,
hutan, padang rumput, dan lain sebagainya.
Dengan
mendekatkan anak-anak kita dengan alam, maka anak-anak akan kembali belajar
berbagai hal. Banyak pengetahuan, keterampilan dan karakter yang akan tumbuh
dengan cepat dari mendekatnya mereka kepada alam. Mereka juga akan mendapatkan
pengalaman yang akan sulit dilupakan.
Berkemah
Salah satu
kegiatan mendekatkan anak-anak kepada alam adalah berkemah. Kegiatan ini dapat
difasilitasi oleh sekolah, sehingga kita mengenalnya dengan kegiatan kemah
sekolah, persami, pesta penggalang, dan lain sebagainya.
Perkemahan ini
dapat dilakukan di hutan kota, kaki bukit, halaman rumah, dan di tempat-tempat
yang memang menyediakan fasilitas untuk itu. Misalnya Bumi Perkemahan Batu Kuda
Manglayang, Ranca Upas, Ciwidey Valley, Grafika Cikole, Bumi Perkemahan
Cibubur, Bumi Perkemahan Ragunan, dan lain sebagainya.
Ada beberapa
karakter penting yang akan tumbuh dengan kegiatan berkemah ini. Beberapa
diantaranya:
1. Percaya diri
2. Tumbuh kemampuan baru
3. Berkembang kemampuan sosialnya
4. Membuka kesadaran mereka, bahwa kita mengenai pentingnya alam bagi kita
5. Tumbuhnya kemandirian
6.
Kemampuan menyelesaikan masalah
Anak-anak akan
ikut memasang tenda bersama-sama teman atau sanak saudara yang ikut bergabung,
membakar kayu bakar untuk membuat api unggun, memasak, menyediakan air untuk
keperluan di tenda, mengantisipasi jika terjadi hujan, mengatasi pengapnya
udara di dalam tenda, mengantisipasi jika adanya binatang yang mungkin akan
masuk ke tenda, dan lain sebagainya.
Beri anak-anak
kesempatan seluas-luasnya dan sedikit saja arahan dari kita, mereka pasti mampu
mengatasinya. Mereka akan begitu senang ketika berhasil. Maka tumbuhlah rasa
percaya diri mereka. Akan tumbuh rasa bangga di dalam dirinya. Mereka akan
menyadari, betapa mereka hebat dan mampu.
Anak-anak akan
bersama-sama membangun tenda dan menyediakan berbagai kebutuhan, serta
mengatasi masalah. Hal ini akan menumbuhkan empati yang tinggi, meningkatnya
kemampuan menyelesaikan masalah. Baik secara personal, maupun secara sosial.
Secara personal, anak-anak akan tumbuh kemandirian yang luar biasa. Secara
sosial, akan tumbuh rasa membutuhkan dan dibutuhkan dengan orang lain.
Selain bersama
teman-teman di sekolah, berkemah juga dapat dilaksanakan bersama keluarga di
rumah. Tidak perlu jauh-jauh, cukup di halaman rumah, atau di lapangan dekat
rumah bersama tetangga, tentu dampak positifnya akan relatif sama.
Anak-anak juga
akan menyaksikan sendiri bagaimana alam bertasbih kepada Sang Khaliq. Bertasbih
dengan caranya masing-masing. Dengan bunyi-bunyian, dengan keheningan, dengan
keindahan. Bukankah Allah SWT berfirman:
“Senantiasa
bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”. (QS.
Al-Jumu`ah: 1)
Bercocok tanam
Adakalanya orang
tua tidak mempunyai waktu luang untuk berkemah karena kegiatan ini memerlukan
persiapan yang tidak sebentar, maka kegiatan ini dapat diganti menjadi
kegiatan-kegiatan lain, misalnya berkebun.
Berkebun
merupakan kegiatan alternatif yang cukup sederhana dan tidak memerlukan banyak
waktu ketika pelaksanaannya. Ada beberapa pot kecil, sendok tembok dan dua atau
tiga tanaman saja.
Waktu yang
diperlukan hanya satu atau dua jam saja. Berikan kepercayaan seluas-luasnya dan
sedikit arahan, maka dalam waktu sebentar saja, anak-anak kita telah belajar
tentang kepercayaan diri, pemecahan masalah, kemandirian, empati, dan lain
sebagainya.
Tidak masalah
jika halaman kita sempit. Kita dapat membuat pot-pot gantung. Yang saling
berjajar secara vertikal ke atas, misalnya.
Jika tidak ada
pot, kita masih dapat memanfaatkan botol-botol bekas. Maka hasilnya dijamin
tidak akan mengecewakan.
Kita dapat
memanfaatkan akar bawang daun yang biasanya kita buang, atau dua atau tiga
butir bawang merah atau bawang putih saja, maka kegiatan berkebun sudah bisa
dilakukan.
Selain berkemah
dan berkebun, sebenarnya masih banyak aktivitas alternatif lainnya. Aktivitas
tersebut misalnya berkuda, memanah, hiking, bersepeda, lari lintas alam, dan
lain sebagainya.
Semoga dengan
seringnya kita mendekatkan anak-anak dengan alam, akan menjadi self healing yang ampuh mengatasi
kestatisan dan fenomena learning loss
yang dialami anak-anak akibat terlalu lama berinteraksi dengan gawai dan juga
terlalu lama di dalam rumah.*