
Menyikapi Implementasi Kurikulum Merdeka
Oleh:
Ceuceu Gumilang (disarikan dari materi Seno M. Daud)
Dalam
rangka Pengembangan Kapasitas Guru
Madrasah (PKGM) Asih Putera, pada tanggal 12-13 November 2022 lalu, telah dilaksanakan
kegiatan pelatihan guru yang bertempat di BPSDM Provinsi Jawa Barat, yang
diikuti oleh seluruh guru di Madrasah Asih Putera. Pelatihan guru ini menghadirkan
dua orang narasumber, yaitu Seno M. Daud (Konsultan Ahli di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan) dan Indra Gilang
Wibawa (CEO & Founder at Ciptadrasoft, Founder at 372 Kopi Kolmas Kabuci).
Seolah
sudah menjadi budaya di negara kita, ganti menteri ganti kurikulum! Namun jika
perubahan itu mengarah kepada sesuatu yang lebih baik, kenapa tidak? Kita yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan, memang dituntut untuk selalu siap dengan
perubahan.
Dunia
pendidikan saat ini memang terasa sangat dinamis. Perubahan-perubahan yang
terjadi untuk memberikan layanan terbaik bagi para peserta didik terus dikaji.
Sikap duduk manis dengan pandangan lurus ke depan, tak lagi menjadi syarat
utama keberlangsungan sebuah kegiatan belajar mengajar.
Jika ada
yang mengeluh, betapa kurikulum
pendidikan Indonesia selalu berubah-ubah, maka seyogyanya harus bisa dipahami
dulu apa itu kurikulum?
Kurikulum
adalah, “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
Jadi,
karena kurikulum ini adalah sebuah cara juga pedoman dalam penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan, maka kurikulum haruslah memiliki
fleksibiliti dalam menyikapi perubahan dan tuntutan zaman.
Saat
ini, lembaga pendidikan di Indonesia menggunakan Kurikulum Merdeka, sebagai
kerangka untuk menopang keberlangsungan proses pendidikan itu sendiri.
Kurikulum Merdeka memiliki karakter yang lebih fleksibel, luwes, tidak kaku,
tersedia banyak pilihan serta berfokus pada materi esensial, sebagai materi untuk
menyampaikan pesan dalam rangka mencapai tujuan.
Guru
mengajar bukan sekedar menyampaikan materi, tetapi hanya sebagai media untuk
mencapai tujuan, bukan mengejar materi tapi membangun karakter. Karena sifatnya
esensial, berarti hanya substansinya
saja, pada pokoknya saja. Guru hendaknya mampu melaksanakan peran membantu
dalam pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Kurikulum
yang dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus
berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta
didik. Dan inti dari kurikulum merdeka adalah Merdeka Belajar!
Karakteristik
Utama Kurukulum Merdeka
Ada yang
berbeda dari Kurikulum Merdeka ini. Kurikulum Merdeka memiliki beberapa karakterisktik
khas antara lain adalah:
-
Pembelajaran
berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter
(kemampuan berkomunikasi, analisis, presentasi, dll.)
-
Fokus
pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi seperti literasi dan numerasi (murid bs baca sendiri
ttg materi
-
Fleksibilitas
bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan
kemampuan seperti didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan
lokal.
Mengacu
pada 21st Century Skill terkait pembelajaran, maka ada Learning
Skills yang harus dimiliki oleh setiap orang agar bisa survive menghadapi
tantangan zaman di era Revolusi Industri 4.0 ini. Karena setiap zaman selalu
memiliki tantangan tersendiri.
Learning
Skills bukan sekedar tentang belajar secara akademik. Dalam cakupan yang lebih
luas, learning skills mengacu pada proses mental yang dialami seseorang dalam
rangka beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga dapat menjadi lebih baik
lagi.
Learning
skill ini terdiri dari empat kecakapan, yaitu:
-
Critical thinking: berkaitan dengan menemukan solusi dalam memecahkan masalah. Bagi
pelajar, kecakapan berpikir kritis diperlukan terutama untuk memecahkan
soal-soal HOTS. Dalam ruang lingkup praktis, kecakapan ini diperlukan untuk
belajar mandiri atau ketika tak ada guru yang membimbing.
-
Creative thinking: tentang bagaimana berpikir out of the box. Kreativitaslah yang dapat membuat seseorang
mampu memandang dan memahami suatu konsep dari sisi yang berbeda, sehingga
dapat menghasilkan inovasi baru.
-
Collaborating: berkaitan dengan kerjasama bersama pihak lain. Dalam bekerja sama, diperlukan kebesaran hati
untuk berkompromi, merelakan ide kita yang mungkin kurang baik, dan menerima
ide orang lain yang mungkin lebih baik.
- Communicating: sebagai perekat yang menyatukan ketiga hal di atas. Berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkolaborasi seluruhnya memerlukan kecakapan dalam mengkomunikasikannya.
Pada teori
belajar ini setidaknya 4 pilar Learning How to Learn, yaitu:
-
Learning
to Know : belajar mencari tahu
-
Learning
to Do : belajar melakukan sesuatu, do the best
-
Learning
to Live Together : belajar untuk hidup bersama
-
Learning
to Be : belajar menjadi sesuatu, menjadi seseorang
Untuk
mendapatkan hasil terbaik dari sebuah proses pembelaran, ada beberapa ragam
strategi yang bisa diterapkan pada peserta didik, agar mereka senantiasa antusias
dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, antara lain:
1.
Problem Based Learning
Adalah pembelajaran berbasis masalah, merupakan
salah satu metode pembelajaran yang pelaksanaannya meliputi deskripsi masalah,
motivasi untuk mengetahui lebih lanjut, dan pengaktifan pengetahuan sebelumnya
lewat proses pemikiran masalah.
2.
Project Based Learning
Adalah model pembelajaran berupa tugas nyata
seperti kerja proyek, berkelompok, dan mendalam untuk mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna.
3.
Discovery Learning
Adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk
menyelidiki sendiri, menemukan dan membangun pengalaman dan pengetahuan masa lalu,
menggunakan intuisi, imajinasi, dan kreativitas, dan mencari informasi baru
untuk menemukan fakta, korelasi, dan kebenaran baru.
Menyikapi
perubahan zaman yang selalu menghadirkan tantangan yang berbeda dengan
zaman sebelumnya, menuntut kita harus selalu
siap untuk melakukan perubahan. Tinggalkan belajar mengajar cara lama, karena saya
mendengar saya lupa, saya melihat saya ingat, saya melakukan saya bisa!***