
Nina Bobo di DC Asih Putera
Oleh:
Umi Saamah (Kepala Daycare Asih Putera)
Mengelola lembaga penitipan dan pengasuhan anak
full day di bawah usia 5 tahun (Daycare), tentu berbeda dengan lembaga pendidikan
lainnya. Di lembaga pendidikan lain, anak-anak sudah lebih besar dan mandiri. Sedangkan
untuk lembaga pengasuhan anak sejenis Daycare, maka totalitas guru pengasuh
betul-betul dituntut luar biasa.
Seperti halnya di Daycare Asih Putera, yang
saat ini memiliki 16 anak asuhan dari mulai usia terkecil 15 bulan dan terbesar
4 tahun. Mereka adalah anak-anak yang masih sangat memerlukan bantuan orang
dewasa untuk berbagai kebutuhannya. Dari mulai ke kamar mandi, membersihkan
tubuhnya, mengenakan pakaian, makan, bahkan menjelang tidur siangnya.
Sebuah ritual yang sangat khas sekaligus menguras
energi para guru pengasuh, adalah saat harus menidursiangkan anak-anak secara
bersamaan. Karena anak-anak sudah harus dibiasakan disiplin dalam melakukan
setiap kegiatan, termasuk tidur siang.
Acara menidurkan anak usia DC sebanyak 16 orang
dalam waktu bersamaan sangat tidak mudah,
memerlukan kerja ekstra dan juga segala cara, dari mulai menyenandungkan
sholawat sambil diusap-usap dahinya, dilantunkan murotal sambil diempok-empok
kakinya, bahkan lagu nina bobo yang berulang-ulang dinyanyikan namun terkadang tak
juga membuat anak-anak tertidur.
Yang satu tidur yang lain masih loncat-loncat
di kasur, yang ini sudah mulai mulai merem-merem karena ngantuk, yang itu minta dibuatkan susu. Saat beranjak
perlahan untuk membuatkan susu, tiba-tiba yang baru merem-merem berteriak tidak
mau ditinggal, akhirnya membangunkan anak-anak yang sudah terlelap. Masyaa Allah,
luar biasa sekali kesabaran dan keikhlasan yang harus dimiliki oleh guru-guru
pengasuh Daycare Asih Putera ini.
Tapi terkadang anak-anak begitu manis dan
penurut, terasa sangat mudah menidurkan mereka. Saat waktunya tidur tiba, mereka
langsung merapihkan diri di tempatnya masing-masing dan mencoba untuk tidur
sendiri. Bahkan berusaha memaksakan diri
untuk bisa langsung tidur, dengan memejamkan mata, lucunya lagi ada beberapa anak yang mengempok-empok pantat
dan kakinya sendiri agar cepat tertidur, seperti yang biasa dilakukan oleh
guru-guru pengasuhnya. Lucu sekali, membuat kami tak dapat menahan senyum.
Menurut ilmu parenting yang saya baca, "Anak-anak boleh mendapatkan hadiah jika melakukan
sesuatu kebaikan, asalkan tidak berlebihan. Bahwa anak-anak dalam setiap tahap
perkembangannya, masih didominasi oleh motivasi ekstrinsik untuk melakukan
sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah keinginan akan mendapatkan keuntungan dari
orang lain bila melakukan sesuatu".
Untuk itu, kami kerap memberikan motivasi pada
hasil kerja mereka, minimal dengan memberikan pujian atau pelukan hangat
sebagai apresiasi pada mereka.
Jam tidur di Daycare Asih Putera dilakukan sesudah
makan siang yang dilanjutkan dengan salat Dhuhur berjamaah. Usai salat, mereka
dibimbing membaca doa untuk kedua orang tua dan merapikan sajadah serta mukenanya
masing-masing, lalu disimpan di loker.
"Mari kita berlomba menuju tempat tidur!"
anak-anakpun berlarian mengikuti gurunya menuju kamar tidur.
"Siapa yang tidurnya cepat, nanti diberi
hadiah diajak jalan-jalan ke Jendela Alam dan naik kereta api.” Dengan seketika
anak-anak langsung memposisikan tidur di tempatnya masing-masing, dan segera
memejamkan mata ‘pura-pura’ tidur. Menggelikan sekali melihatnya.
"Kalau sekarang tidak tidur, nanti jalan-jalannya pasti lemes, enggak semangat. Jadi anak-anak harus segera tidur ya, supaya jalan-jalannya semangat, ayo tidur!"
Alhamdulillah, walaupun awalnya hanya
merem-merem ayam, tetapi akhirnya semua dengan manis tanpa rewel bisa tertidur
lelap. Meninggalkan senyum bahagia di bibir para guru. Mengajak anak-anak
berkunjung ke obyek wisata edukasi Jendela Alam sebenarnya sudah menjadi agenda,
tetapi tak ada salahnya jika hal itu dijadikan sebuah apresiasi bagi anak-anak
yang menurut untuk tidur siang segera tanpa rewel.
Ternyata, cukup jitu juga motivasi yang
diberikan pada mereka, sehingga anak-anak dengan cepat dapat terlelap, walau
tanpa senandung nina bobo atau diempok-empok.*