Pendidikan Sekolah Alam di Indonesia (Bag. 2)
Pendidikan Sekolah Alam di Indonesia:
Harmonisasi dengan Pancasila sebagai Filosofi
Kebahagiaan (Bag. 2)
Abdullah Syifaa Buana, S.Si, MBA (Bidang Transformasi & Mutu Yayasan Asih Putera)
Pendidikan sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki
tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. Pendidikan
Sekolah Alam dapat dianggap sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut,
karena pendekatan holistiknya membantu siswa mengembangkan kecerdasan tidak
hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam kemampuan sosial, emosional, dan
spiritual. Dengan demikian, Pendidikan Sekolah Alam dapat diartikan sebagai
implementasi konsep kesejahteraan dan kebahagiaan yang diakui dalam Pancasila.
Seligman (2011) mendefinisikan kesejahteraan sebagai merasakan emosi positif
berupa kebahagiaan. Pada perkembangannya Seligman menyatakan bahwa kebahagiaan
tidak hanya merasa senang, tetapi mencakup evaluasi individu terhadap kehidupan
yang telah ia jalani. Jadi, kesejahteraan ialah hasil dari proses evaluasi
afektif dan kognitif seseorang terhadap kehidupannya (Diener, Lucas, &
Oishi, 2005).
Pancasila sebagai
Panduan Etika dan Moral
Salah satu nilai Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang menuntun individu untuk hidup dalam harmoni dengan alam dan sesama
manusia. Di dalam agama Islam, hubungan manusia dengan Tuhan disebut dengan
habluminallah, sementara hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya disebut
dengan habluminannaas. Selanjutnya mengenai hubungan manusia dengan alam
dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 165, yang berbunyi: “Dan
Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Maknanya adalah manusia
mempunyai tugas untuk mengembangkan alam sebagaimana penjelasan dalam Kitab
Tafsir Quraish Shihab yang menyatakan bahwa Allahlah yang menjadikan kalian
sebagai pengganti umat-umat yang lalu dalam mengembangkan alam.
Pendidikan Sekolah Alam memperkuat nilai-nilai etika dan
moral ini melalui pembelajaran yang menekankan tanggung jawab terhadap alam,
kepedulian sosial, dan keadilan. Dengan demikian, Pendidikan Sekolah Alam dapat
dianggap sebagai wahana untuk membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Martin Seligman, seorang psikolog positif terkenal,
memperkenalkan konsep PERMA sebagai fondasi kebahagiaan dan kesejahteraan
individu. PERMA adalah singkatan dari lima unsur kunci yang membentuk
kebahagiaan, yaitu Positif Emotion, Engagement, Relationships, Meaning, dan
Accomplishment. Pandangan ini dapat dihubungkan dengan sila-sila Pancasila,
terutama jika kita merujuk pada pemikiran Latif (2021) yang mengaitkan
Pancasila dengan kebahagiaan dan kesejahteraan.
PE mencakup kebahagiaan, kegembiraan, dan perasaan
positif. Hal ini sejalan dengan sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang mengajarkan kepercayaan atau keimanan kepada Tuhan. Kepercayaan
ini dapat memberikan fondasi positif dan kebahagiaan dalam hidup seseorang.
Emosi positif itu termasuk berprasangka baik kepada Tuhan. Misalnya jika
seorang guru berprasangka baik bahwa setiap anak pada dasarnya baik, dan setiap
anak punya keistimewaan, maka peserta didik akan bereaksi seperti persangkaan
kita. Ini yang dinamakan efek placebo. Keyakinan sebagai sugesti positif.
Iman itu artinya percaya. Percaya berasal dari bercahaya,
jadi orang beriman itu hatinya harus memancarkan cahaya positif, sikap optimis
dan selalu menebarkan kebaikan. Keyakinan kepada ketuhanan itu membuka
optimisme.
Engagement (E) dan
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Engagement melibatkan pengalaman yang mendalam dan fokus
penuh perhatian. Dalam konteks Pancasila, ini dapat dikaitkan dengan sila
Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang mengajarkan pentingnya
keterlibatan penuh dalam masyarakat yang adil dan beradab. Engagement
memerlukan rasa peduli dan empati. Kemanusiaan itu adalah peduli terhadap nasib
orang lain. Di sisi lain engagement mengandung aspek kebebasan, contohnya orang
bebas mengartikulasikan pendapatnya.
Pendidikan karakter pada intinya adalah memanusiakan
manusia. Untuk menumbuhkan rasa kepedulian pada peserta didik di sekolah,
diperlukan interaksi dengan alam dan interaksi dengan manusia lainnya.
Relationships (R)
dan Sila Persatuan Indonesia:
Relationships menekankan hubungan positif dengan orang
lain. Ini sesuai dengan sila Ketiga, Persatuan Indonesia, yang menegaskan
pentingnya persatuan dan persaudaraan di antara masyarakat Indonesia. Manusia
itu makhluk yang paradoks, empati tapi kecenderungan bergaulnya diarahkan
kepada orang lain yang memiliki kesamaan (warna kulit, identitas agama). Kepada
orang asing, manusia cenderung mengembangkan sikap prasangka dan xenophobic.
Dalam Indonesia yang majemuk ini berbahaya, karena Indonesia multi etnis, multi
agama. Bagaimana caranya supaya kita bisa hidup dengan orang lain yang
berlainan? Menurut Gordon Allport, yang asing harus didekatkan atau dikaribkan
dengan cara menghubungkan satu sama lain. Di social enclave yang hubungannya
bagus, maka masyarakat bisa saling menghargai. Ruang-ruang perjumpaan, ruang
interaksi ini penting. Lebih banyak ruang pelibatan, jaring-jaring diperluas,
tetangga diperluas. Biasanya orang berhasil adalah mereka yang mempunyai
jaringan pergaulan yang luas. Semakin luar jaringan pergaulan seseorang, maka
semakin bahagia. Kata kunci dalam relationship adalah konektivitas dan
inklusivitas. Konektivitas dan inklusivitas ini akan menumbuhkan kepercayaan
atau mutual trust. Kenapa di masyarakat Indonesia terjadi polarisasi? Karena masyarakat
mengalami distrust atau saling tidak percaya, karena semakin sempitnya
jaring-jaring konektivitas, dan semakin banyaknya jaringan eksklusif.
Meaning (M) dan Sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, dalam Permusyawaratan
Perwakilan:
Meaning melibatkan mencari makna dan tujuan dalam hidup.
Dalam Pancasila, ini dapat dikaitkan dengan sila Keempat, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, yang menekankan kebijaksanaan sebagai
panduan dalam mencapai tujuan hidup. Untuk mendapatkan makna menurut Latif
(2021), kita perlu memiliki cara pandang yang lebih besar daripada kepentingan
diri sendiri. Jangan hanya berpikir untuk mementingkan diri sendiri. Bermanfaat
untuk orang banyak dapat menjadikan seseoran lebih bermakna. Pancasila mengajarkan
untuk bermusyawarah dalam mengambil keputusan sehingga tercapai solusi yang
bisa memenangkan berbagai pihak, bukan hanya memenangkan satu pihak saja.
Accomplishment (A)
dan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
Accomplishment melibatkan pencapaian dan rasa prestasi.
Hal ini sesuai dengan sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, yang menekankan distribusi yang adil dari hasil pembangunan,
menciptakan rasa prestasi bagi seluruh masyarakat.
Dengan memadukan konsep PERMA dan nilai-nilai Pancasila
yang disampaikan oleh Dr. Yudi Latif, kita dapat melihat bahwa kebahagiaan dan
kesejahteraan tidak hanya terkait dengan aspek individual, tetapi juga dengan
keterlibatan dalam masyarakat yang adil, hubungan yang positif, pencarian
makna, dan pencapaian bersama untuk kesejahteraan bersama.
Kebahagiaan itu terjadi jika banyak pencapaiannya
(achievement). Pencapaian tertinggi bersama itu terjadi ketika masyarakat bisa
mencapai kesejahteraan umum. Sesuatu yang perlu dibagikan atau didistribusikan
secara merata itu bukan hanya harta saja, tapi kesempatan (opportunities) dan
kehormatan sosial (privilege). Hal tersebut perlu dibagikan kepada masyarakat
secara adil. Sebagai contonhya memberi kesempatan bukan hanya pada etnis
tertentu atau keturunan tertentu. Selanjutnya sumber daya alam harus diolah
dengan pengetahuan dan inovasi demi kemakmuran bersama.
Kesimpulan
Pendidikan Sekolah Alam di Indonesia memiliki potensi
besar untuk menyelaraskan diri dengan nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi
kebahagiaan. Dengan pendekatan holistiknya, Pendidikan Sekolah Alam tidak hanya
menjadi sarana pendidikan, tetapi juga wahana untuk membentuk karakter siswa
sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Dengan demikian, melibatkan Pendidikan
Sekolah Alam dalam sistem pendidikan nasional dapat menjadi langkah positif
dalam mewujudkan tujuan Pancasila untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
bagi masyarakat Indonesia.