Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

STOP BULLYING!

Kasus demi kasus korban bullying terus berjatuhan. Korban perundungan mengalami trauma dan kehilangan harga dirinya. Mereka menarik diri dari pergaulan sosial bahkan yang paling miris adalah ketika mereka nekat mengakhiri hidupnya secara tragis. Ini sangat menyedihkan sekaligus memprihatinkan. 

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang oleh seseorang atau kelompok terhadap individu lain yang dianggap lebih lemah atau berbeda. Bullying dapat terjadi di berbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, atau media sosial, dan berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik korban.

Dalam artikel ini, penulis ingin memfokuskan sorotan pada perundungan yang banyak terjadi di dunia pendidikan, entah di sekolah dasar, lanjutan, atau di tingkat perguruan tinggi.

Jenis-jenis Bullying

Perilaku bullying yang marak terjadi di sekolah meliputi berbagai bentuk yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis utama, yaitu bullying fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying. Berikut penjelasannya:
1. Bullying fisik 
Meliputi tindakan seperti memukul, menendang, atau merusak barang milik korban.
2. Bullying verbal 
Meliputi ejekan, hinaan, ancaman, atau komentar kasar yang dapat merendahkan harga diri korban.
3. Bullying sosial 
Melibatkan pengucilan, penyebaran rumor, atau manipulasi hubungan sosial yang bertujuan mengisolasi korban.
4. Cyberbullying 
Bullying melalui media digital seperti pesan teks, media sosial, atau email yang bersifat mengancam atau melecehkan.

Dampak Bullying

Bullying dapat menyebabkan dampak negatif jangka pendek maupun jangka panjang kepada korbannya, seperti:
• Menurunnya prestasi akademik
• Gangguan emosional seperti depresi, kecemasan, dan stres
• Hilangnya rasa percaya diri dan isolasi sosial
• Dalam kasus ekstrem, bullying dapat memicu tindakan bunuh diri

Solusi Mengatasi Bullying di Sekolah

1. Kesiapan Sekolah: Sekolah harus memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan menegakkan aturan secara tegas. Guru dan staf perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying dan memberikan intervensi yang tepat. Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dengan aturan yang tegas terhadap bullying
2. Pendidikan dan Kesadaran: Mengajarkan nilai-nilai penghormatan, toleransi, dan empati kepada seluruh siswa melalui kurikulum atau kegiatan ekstrakurikuler untuk menciptakan budaya sekolah yang ramah.
3. Peran Orang Tua: Orang tua harus aktif memonitor perilaku anak dan memberikan dukungan emosional. Penting untuk membuka komunikasi agar anak merasa aman melaporkan jika mengalami bullying.
4. Dukungan untuk Korban: Korban harus berani melapor kepada guru, orang tua, atau pihak berwenang. Memberikan konseling psikologis bagi korban agar mereka dapat pulih dari trauma dan memperkuat kepercayaan diri.
5. Melibatkan Siswa: Membentuk kelompok pendukung sebaya (peer support) yang dapat membantu mencegah bullying dengan menciptakan solidaritas dan membantu korban.

Penanganan bullying yang komprehensif melibatkan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan siswa sehingga lingkungan belajar menjadi lebih aman dan nyaman untuk semua pihak. Dengan begitu, bullying tidak akan menjadi penghalang bagi perkembangan dan kesejahteraan anak-anak di sekolah.

Untuk melibatkan orang tua saat anak menjadi pelaku bullying, ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan agar orang tua dapat memahami situasi, mengambil peran konstruktif, dan membantu memperbaiki perilaku anak. Berikut adalah cara-caranya:

Cara Melibatkan Orang Tua Saat Anak Jadi Pelaku Bullying

• Ajak Anak Bicara Terbuka: Orang tua perlu mengajak anak berdialog terkait kejadian bullying yang dilakukan. Tanyakan secara tenang apa yang terjadi, siapa yang terlibat, serta bagaimana perasaan dan pikirannya saat melakukan tindakan tersebut. Ini membantu orang tua memahami motivasi dan alasan di balik perilaku anak.
• Dorong Anak Bertanggung Jawab: Setelah memahami situasi, orang tua harus mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya, termasuk meminta maaf kepada korban dan pihak yang terdampak. Hal ini penting untuk mengembangkan rasa empati dan kesadaran akan konsekuensi perbuatannya.
• Jaga Komunikasi Terbuka: Membangun komunikasi yang baik dan rutin dengan anak agar anak merasa didengarkan dan dipahami, sehingga mereka lebih mudah untuk menyampaikan masalah dan emosi yang dirasakan tanpa takut dimarahi atau dihakimi.
• Berikan Pendidikan dan Teladan Positif: Orang tua harus mengajarkan nilai-nilai menghormati orang lain, empati, dan mengelola konflik secara sehat. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi contoh perilaku positif yang bisa ditiru anak.
• Kolaborasi dengan Sekolah: Orang tua bersama pihak sekolah dapat bekerja sama memantau perkembangan anak dan memastikan anak tidak mengulangi perilaku bullying, serta memberi dukungan agar anak dapat berubah ke arah yang lebih baik.
• Evaluasi dan Bimbingan Profesional: Jika diperlukan, cari bantuan ahli seperti psikolog anak untuk membantu anak mengatasi masalah emosional atau perilaku yang menjadi akar bullying.

Melibatkan orang tua secara aktif dengan pendekatan yang empatik dan konstruktif sangat penting agar anak pelaku bullying bisa memahami dampak perbuatannya dan belajar mengubah perilakunya menjadi positif, sekaligus membangun hubungan yang lebih baik di lingkungan sosialnya. (cg)

Penulis: Ceuceu Gumilang