Sudah Siapkah Anakku Sekolah?
- Oleh: Ceuceu Gumilang
- (Disarikan dari materi presentasi Mutiara Roza, S.Psi, M.Psi, Psikolog)
Menjelang tahun ajaran baru 2022 – 2023, banyak
orangtua yang dilanda kebingungan dan kecemasan, terkait kesiapan putera-puterinya
untuk memasuki bangku sekolah dasar.
Sudah siapkan anak saya masuk Sekolah Dasar? Kapan saat yang tepat untuk masuk Sekolah Dasar?
Barangkali itulah pertanyaan mendasar yang kerap dilontarkan oleh banyak orangtua, termasuk orangtua siswa TK Asih Putera.
Dalam rangka memenuhi rasa ingin tahu dan menjawab kebingungan orangtua tersebut, TK Asih Putera mengadakan acara parenting untuk orangtua siswa TK dengan mengundang narasumber Ibu Mutiara Roza, S.Psi, M.Psi, Psikolog, yang dilaksanakan pada tanggal 29-30 Desember 2021. Bertempat di TK Asih Putera 1 dan TK Asih Putera 2.
Menurut Ibu Muti, saat yang tepat untuk anak masuk ke Sekolah Dasar adalah saat anak siap dan matang untuk belajar!
Yang dikatakan kesiapan sekolah adalah kondisi di mana anak sudah mencapai kematangan fisik dan psikis, sehingga dapat menyesuaikan diri di sekolah dan mandiri. Kematangan fisik mencakup kematangan otot syaraf, keterampilan motorik kasar dan halus, sedangkan kematangan psikis mencakup kematangan aspek kognisi, emosi dan sosial.
Kematangan Kognisi artinya anak sudah memiliki ide sendiri, mampu mengikuti petunjuk dan instruksi sederhana serta menunjukkan ketertarikan untuk belajar.
Kematangan Kognisi juga berarti anak sudah mampu membedakan bentuk, mengerti konsep ruang dan waktu, mengerti konsep besar, jumlah dan perbandingan, mampu mengingat, paham cerita serta mengerti objek dan penilaian situasi.
Kemampuan kognitif bukan satu-satunya syarat keberhasilan penyesuaian di sekolah, tetapi dapat juga dilihat dari bagaimana siswa mengelola emosi dan perilakunya.
- Efek emosi dapat muncul sepanjang proses pembelajaran, khususnya reaksi yang ekstrim seperti marah atau cemas. Hal ini tentu saja dapat mengganggu kemampuan siswa untuk fokus dan mengingat sesuatu akan terganggu.
Matang secara emosional, artinya anak akan lebih siap untuk beradaptasi dengan tuntutan akademik yang syaratkan di sekolah.
Kematangan emosi, artinya anak sudah mampu mengontrol emosi pada situasi sosial, dapat memecahkan masalah-masalah mendasar, tidak tergantung pada orang lain (mampu self help), percaya diri ( ketika ditanya mau menjawab, dapat bermain dengan teman), bertanggung jawab (menyiapkan barang misalnya alat tulis sendiri), mau berpisah dengan orangtua selama berada di sekolah.
Kematangan
Sosial adalah kunci
keberhasilan anak dalam menjalin relasi sosial. Matang secara sosial artinya anak mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran sehingga
orang lain dapat memahaminya.
Saat anak melakukan
interaksi sosial akan membutuhkan keterampilan khusus, seperti kondisi emosi, motivasi, empati dan kesediaan
untuk menyelesaikan konflik. Emosi
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.
Kematangan Sosial artinya anak sudah mampu bergaul dengan teman sebaya, mampu berinteraksi / bermain dengan orang lain, bersedia menolong teman, sudah bisa mengekspresikan perasaan dan kebutuhan, sudah bisa berbagi dengan teman atau orang lain, dapat duduk tenang dalam waktu yang cukup lama untuk mendengarkan cerita, mampu berkonsentrasi pada suatu tugas untuk waktu yang cukup lama, mampu mengatasi frustasi dengan cara yang dapat diterima.
Selain
kesiapan dari sisi anak, pihak sekolah juga memiliki tuntutan khusus kepada
para calon siswanya. Anak harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di
luar rumah (teman sebaya, peraturan sekolah, kemandirian), mampu mengembangkan
keterampilan motorik untuk menyelesaikan tugas sekolah melalui latihan: motorik
halus (melipat, menulis), motorik kasar (eksplorasi), koordinasi visual motorik
(meronce, calistung), persepsi (calistung) dan konsentrasi.
Jika orangtua
memaksakan anaknya yang belum matang dan masih berusia dini untuk masuk sekolah
dasar, maka akan ada konsekuensi yang harus dihadapi, karena ada keterikatan
emosional yang kuat, ketergantungan dan
kurang mandiri. Efek dari semua itu adalah akan menyebabkan kesulitan belajar,
masalah penyesuaian sekolah, membolos, bahkan mogok sekolah.
Jadi,
jangan paksakan anak masuk sekolah sebelum benar-benar siap dan matang secara kognisi,
emosional dan sosial, demi kebaikan proses pendidikan dan masa depan mereka.***
- Mutiara Roza, S.Psi, M.Psi, Psikolog
(adalah Psikolog di Biro Psikologi Asih Putera)