
Urgensi Pendidikan Karakter (1)
Abdullah Syifaa Buana, Bunyamin Maftuh (Program Studi Pendidikan Umum dan Karakter, UPI)
Abstrak
Pendidikan karakter menjadi aspek penting dalam membentuk
generasi muda yang tangguh dan berdaya saing tinggi, terutama dalam konteks
mendukung pembangunan ekonomi suatu bangsa. Artikel ini mengeksplorasi urgensi
pendidikan karakter melalui inisiatif dan jiwa kewirausahaan
(entrepreneurialism) melalui pendekatan Project Based Learning (PBL). PBL
dianggap sebagai metode pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan karakter
inovatif, kreatif, dan berorientasi pada solusi. Dengan menggabungkan
pendekatan PBL dengan aspek-aspek kunci karakter seperti integritas, kerja
sama, dan inisiatif, artikel ini membahas bagaimana pendidikan karakter
inisiatif dan entrepreneurialism dapat memberikan kontribusi signifikan dalam
membentuk individu yang mampu beradaptasi dan menjadi pemimpin di era ekonomi
global. Penelitian ini merinci strategi implementasi PBL dalam kurikulum
pendidikan dan dampak positifnya terhadap perkembangan karakter siswa. Melalui
pemahaman yang mendalam terkait urgensi pendidikan karakter inisiatif
(iniative) dan kewirausahaan (entrepreneurialism), diharapkan artikel ini dapat
memberikan pandangan yang bermanfaat bagi pengembangan sistem pendidikan yang
lebih holistik dan relevan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.
Pembangunan karakter merupakan upaya perwujudan amanat
Pancasila dan Pembukaan UUD NRI 1945 yang dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini baik secara eksternal maupun
internal (Dahliyana, 2020). Seiring dengan perkembangan zaman terutama di era
digital saat ini, karakter dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi
berbagai permasalahan kebangsaan, tantangan dan kebutuhan baru pun semakin
berkembang. Menurut Wagner (2010), diantara karakter atau keterampilan abad ke-21
yang penting untuk diajarkan adalah initiative dan entrepreneurialism. Dalam
bukunya The Global Achievement Gap, Tony Wagner menganjurkan pengajaran
dan penggunaan tujuh keterampilan bertahan hidup ini. Wagner mengembangkan
daftar keterampilan bertahan hidup ini setelah wawancara dengan banyak pemimpin
bisnis terkemuka dan pengamatan terhadap ratusan ruang kelas di Amerika. Ia
menemukan perbedaan besar antara keterampilan yang dicari dan diharapkan oleh
dunia usaha di Amerika dan keterampilan yang diperoleh siswa di ruang kelas
tradisional yang kurang menarik, dan kurang menginspirasi. Ia menyarankan agar
kita mengubah sekolah menjadi lingkungan belajar yang mempersiapkan siswa untuk
menghadapi dunia kerja yang menanti mereka dengan bantuan Tujuh Keterampilan
Bertahan Hidup ini:
1. Kemampuan
berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah (Critical Thinking and
Problem Solving)
2. Kolaborasi
antar jaringan dan memimpin dengan pengaruh (Collaboration across Networks
and Leading by Influence)
3. Kelincahan
dan kemampuan beradaptasi (Agility and Adaptability)
4. Inisiatif
dan kewirausahaan (Initiative and Entrepreneurialism)
5. Komunikasi
Lisan dan Tulisan yang efektif (Effective Oral and Written Communication)
6. Mengakses
dan Menganalisis Informasi (Accessing and Analyzing Information).
7. Rasa
ingin tahu dan imajinasi (Curiosity and Imagination)
Dari ketujuh keterampilan bertahan hidup tersebut,
penulis mengambil keterampilan dengan urutan keempat untuk dibahas lebih
lanjut, yaitu Inisiatif dan Kewirausahaan. Beberapa pertanyaan penelitian yang
dirumuskan untuk menganalisis dan mengkaji karakter tersebut adalah:
1. Bagaimana
pendapat para pakar tentang keterampilan inisiatif dan kewirausahaan?
2. Mengapa
keterampilan inisiatif dan kewirausahaan ini penting (urgent) untuk menghadapi
tantangan di abad ke-21?
3. Bagaimana
pengaruh rasio kewirausahaan, baik wirausaha pemula maupun wirausaha yang sudah
mapan terhadap pertumbuhan ekonomi negara?
4. Bagaimana
cara untuk mengajarkan kemampuan inisiatif dan kewirausahaan kepada peserta
didik di persekolahan?
Beberapa landasan teori yang penulis gunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian diantaranya teori pertumbuhan ekonomi, dan teori
pendidikan umum dan karakter serta beberapa model pembelajaran berbasis
konstruktivisme seperti Project Based Learning.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
fokus pada studi kepustakaan. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan
analisis dokumen dan studi atau penelitian sebelumnya. Sumber-sumber tekstual
seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah digunakan untuk menyusun analisis
mendalam terkait topik penelitian. Tujuan utamanya adalah memahami pengetahuan
yang telah ada, mengidentifikasi kesenjangan, dan memberikan kontribusi pada
pemahaman yang lebih baik terhadap topik yang dibahas (Adlini, 2022).
Studi kepustakaan tidak hanya berkutat pada pengumpulan
informasi terkait suatu topik, melainkan juga mencakup pemahaman terhadap
literatur sebelumnya. Penulis melakukan tinjauan terhadap jurnal atau artikel
dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Dalam menyelesaikan
penelitian, penulis mengumpulkan artikel dari berbagai sumber, termasuk buku,
artikel, jurnal, dan portal website yang relevan dengan topik pembahasan.
Semua referensi yang relevan didokumentasikan secara
rinci untuk keperluan pengumpulan data. Artikel yang dipilih berasal dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, kemudian data dari instrumen
tersebut dianalisis dan dirangkum. Temuan dari penelitian ini menjadi dasar
untuk diskusi yang komprehensif.