Yayasan Asih Putera Hotline : 081320267490
Image

Urgensi Pendidikan Karakter (1)

Abdullah Syifaa Buana, Bunyamin Maftuh (Program Studi Pendidikan Umum dan Karakter, UPI)

Abstrak

Pendidikan karakter menjadi aspek penting dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan berdaya saing tinggi, terutama dalam konteks mendukung pembangunan ekonomi suatu bangsa. Artikel ini mengeksplorasi urgensi pendidikan karakter melalui inisiatif dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurialism) melalui pendekatan Project Based Learning (PBL). PBL dianggap sebagai metode pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan karakter inovatif, kreatif, dan berorientasi pada solusi. Dengan menggabungkan pendekatan PBL dengan aspek-aspek kunci karakter seperti integritas, kerja sama, dan inisiatif, artikel ini membahas bagaimana pendidikan karakter inisiatif dan entrepreneurialism dapat memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk individu yang mampu beradaptasi dan menjadi pemimpin di era ekonomi global. Penelitian ini merinci strategi implementasi PBL dalam kurikulum pendidikan dan dampak positifnya terhadap perkembangan karakter siswa. Melalui pemahaman yang mendalam terkait urgensi pendidikan karakter inisiatif (iniative) dan kewirausahaan (entrepreneurialism), diharapkan artikel ini dapat memberikan pandangan yang bermanfaat bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih holistik dan relevan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.

Pembangunan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD NRI 1945 yang dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini baik secara eksternal maupun internal (Dahliyana, 2020). Seiring dengan perkembangan zaman terutama di era digital saat ini, karakter dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan kebangsaan, tantangan dan kebutuhan baru pun semakin berkembang. Menurut Wagner (2010), diantara karakter atau keterampilan abad ke-21 yang penting untuk diajarkan adalah initiative dan entrepreneurialism. Dalam bukunya The Global Achievement Gap, Tony Wagner menganjurkan pengajaran dan penggunaan tujuh keterampilan bertahan hidup ini. Wagner mengembangkan daftar keterampilan bertahan hidup ini setelah wawancara dengan banyak pemimpin bisnis terkemuka dan pengamatan terhadap ratusan ruang kelas di Amerika. Ia menemukan perbedaan besar antara keterampilan yang dicari dan diharapkan oleh dunia usaha di Amerika dan keterampilan yang diperoleh siswa di ruang kelas tradisional yang kurang menarik, dan kurang menginspirasi. Ia menyarankan agar kita mengubah sekolah menjadi lingkungan belajar yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia kerja yang menanti mereka dengan bantuan Tujuh Keterampilan Bertahan Hidup ini:

1.    Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah (Critical Thinking and Problem Solving)

2.    Kolaborasi antar jaringan dan memimpin dengan pengaruh (Collaboration across Networks and Leading by Influence)

3.    Kelincahan dan kemampuan beradaptasi (Agility and Adaptability)

4.    Inisiatif dan kewirausahaan (Initiative and Entrepreneurialism)

5.    Komunikasi Lisan dan Tulisan yang efektif (Effective Oral and Written Communication)

6.    Mengakses dan Menganalisis Informasi (Accessing and Analyzing Information).

7.    Rasa ingin tahu dan imajinasi (Curiosity and Imagination)

Dari ketujuh keterampilan bertahan hidup tersebut, penulis mengambil keterampilan dengan urutan keempat untuk dibahas lebih lanjut, yaitu Inisiatif dan Kewirausahaan. Beberapa pertanyaan penelitian yang dirumuskan untuk menganalisis dan mengkaji karakter tersebut adalah:

1.    Bagaimana pendapat para pakar tentang keterampilan inisiatif dan kewirausahaan? 

2.    Mengapa keterampilan inisiatif dan kewirausahaan ini penting (urgent) untuk menghadapi tantangan di abad ke-21?

3.    Bagaimana pengaruh rasio kewirausahaan, baik wirausaha pemula maupun wirausaha yang sudah mapan terhadap pertumbuhan ekonomi negara?

4.    Bagaimana cara untuk mengajarkan kemampuan inisiatif dan kewirausahaan kepada peserta didik di persekolahan?

Beberapa landasan teori yang penulis gunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian diantaranya teori pertumbuhan ekonomi, dan teori pendidikan umum dan karakter serta beberapa model pembelajaran berbasis konstruktivisme seperti Project Based Learning.

 

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada studi kepustakaan. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan analisis dokumen dan studi atau penelitian sebelumnya. Sumber-sumber tekstual seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah digunakan untuk menyusun analisis mendalam terkait topik penelitian. Tujuan utamanya adalah memahami pengetahuan yang telah ada, mengidentifikasi kesenjangan, dan memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik terhadap topik yang dibahas (Adlini, 2022).

Studi kepustakaan tidak hanya berkutat pada pengumpulan informasi terkait suatu topik, melainkan juga mencakup pemahaman terhadap literatur sebelumnya. Penulis melakukan tinjauan terhadap jurnal atau artikel dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Dalam menyelesaikan penelitian, penulis mengumpulkan artikel dari berbagai sumber, termasuk buku, artikel, jurnal, dan portal website yang relevan dengan topik pembahasan.

Semua referensi yang relevan didokumentasikan secara rinci untuk keperluan pengumpulan data. Artikel yang dipilih berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, kemudian data dari instrumen tersebut dianalisis dan dirangkum. Temuan dari penelitian ini menjadi dasar untuk diskusi yang komprehensif.